Pemilu 2009 “Mensejahterakan Rakyat”

Jumat, 17 April 2009


Sengaja saya memilih judul diatas. Biar beda dengan yang lain. Biasanya orang kebanyakan lebih banyak mengatakan Pemilu membuat rakyat sengsara. Namun bagi saya tidak semuanya begitu. Coretan kecil ini pun sekaligus sebuah oleh-oleh buat kawan saya, Basukov (Purwakarta), yang beberapa hari lalu adik-adik binaannya “diseruduk” preman kampus. Katanya sih karena mereka menempel poster bertuliskan “Pemilu Tidak Mensejahterakan Rakyat”. Nah biar nanti tidak diseruduk oleh preman kampus lagi, lebih baik pasang judul ini saja. Hehehe…

***

Kenapa saya mengatakan Pemilu 2009 “Mensejahterakan Rakyat”? Ini diawali dari hasil pengamatan saya setelah membaca tulisan guru besar saya, Suhu Oleh Sholihin, di salah satu blognya (www.osolihin.wordpress.com). Doski merinci secara kasar tentang perhitungan besarnya dana pemilu berdasarkan jasa usaha percetakan (termasuk didalamnya kaos, baliho, spanduk & stiker). Kesimpulannya, tak kurang dari Rp. 251,37 trilyun digelontorkan para caleg seluruh Indonesia untuk biaya mempromosikan diri mereka melalui media tersebut.

Lantas hubungannya dengan “mensejahterakan rakyat”?

Bagi sebagian orang yang sejak awal sudah antipati terhadap pemilu, dana sebesar ini adalah kesia-siaan belaka. Betul! Saya pun mendukung kalau demokrasi adalah hal yang sia-sia belaka. Akan tetapi saya tidak serta merta kemudian latah mengatakan bahwa dana tersebut tidak bermanfaat sama sekali. Menurut saya, dana tersebut cukup memberi “kesejahteraan”. Buktinya, para pengusaha dan pegawai yang bergerak di bidang cetak mencetak binti sablon menyablon kebanjiran order. Ini tanda kalau mereka akan menerima uang yang tentu jumlahnya berlipat-lipat dari biasanya. Ibarat kejatuhan peuyeum runtuh. (saya tidak mau menggunakan kata durian sebab kalau durian runtuh terus kena kepala yang ada malah malapetaka. Hehehe…

Masih menurut Suhu Oleh Sholihin dalam tulisannya “Menghitung Dana Pemilu Yuk”, para pengusaha cetak mencetak binti sablon menyablon ini -untuk satu kota- akan memperoleh dana sebesar; pengusaha kaos Rp. 31.920.000.000 (tiga puluh satu miliar sembilan ratus dua puluh juta rupiah), pengusaha baliho Rp 6.840.000.000 (enam miliar delapan ratus empat puluh juta rupiah), dan pengusaha spanduk Rp 9.120.000.000 (sembilan miliar seratus dua puluh juta rupiah).

Berdasarkan hal ini, secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa banyak rakyat yang menikmati peredaran uang diatas. Bukan hanya pemilik usaha cetak mencetak saja melainkan karyawan serta lingkungan di sekitar mereka pun akan ikut mendapatkan penghasilan yang tidak seperti biasanya ini. Belum lagi kalau para caleg tersebut menyewa soundsystem, tenda, mobil, keamanan dsb, tentunya para pemilik barang tersebut plus buntut dibelakangnya akan terciprati rejeki nomplok ini. Walhasil setelah pemilu rampaung mungkin sebagian dari mereka ada yang dapat pergi naik haji. Ya kalau tidak pun menghitamkan kulitnya sun bathing di Pangandaran.

Dan ternyata bukan para pemilik usaha itu saja yang “tersejahterakan”, para anggota KPPS pun ikut merasakan efek “sejahtera” dari pemilu ini. Menurut data dari KPPS 14 Kelurahan Ciamis, untuk pelaksanaan pemilu ini mereka mendapatkan dana sebesar berikut;
1. Honorarium Ketua, anggota KPPS, dan Linmas Rp. 1.733.750
2. Kelengkapan TPS (sewa tenda,dll) Rp. 280.000
3. ATK Rp. 120.000
4. Konsumsi Rp. 180.000
5. Kelengkapan TPS Rp. 280.000
6. Total Rp. 2.593.750 (Angka terakhir Rp. 50 harus dibulatkan karena tidak ada uang kembalian. Hehehe…)

Perlu dingat kembali bahwa besaran dana ini hanya untuk satu TPS saja. Kalaulah dalam satu kecamatan terdapat 100 TPS (1 RW terdapat 10 TPS, 1 kecamatan terdapat 10 RW) maka itu sama artinya dengan uang sebesar Rp. 259.375.000 (Dua ratus lima puluh sembilan juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per kecamatan. Sedangkan untuk seluruh Indonesia -berdasarkan data BPS jumlah kecamatan ada 6300- maka jumlahnya mencapai RP. 1.634.062.500.000 (Satu trilyun enam ratus tiga puluh empat milyar enam puluh dua juta lima ratus ribu rupiah). Ini sama dengan 5.670.000 (Lima juta enam ratus tujuh puluh ribu) orang -yang terdaftar jadi anggota KPPS- akan menikmati dana ini

Tidak cukup sampai disana. Dana pemilu ini pun akan turut mensejahterakan sebagian rakyat yang bekerja di bidang media massa (Production House, Event Organizer, konsultan desain, konsultan periklanan, pemilik media & karyawan, dsb). Menurut AC Nielsen, dana pemilu 2009 yang digunakan untuk iklan di media massa berhasil menembus angka lebih kurang Rp. 3 Trilyun. Bayangkan saja berapa juta orang lagi yang akan menikmati dana ini. Terlepas dari besar atau kecilnya uang yang mereka dapat tentunya.

Masih banyak sebenarnya elemen-elemen masyarakat lain yang ikut “tersejahterakan” atas pesta ini. Kesejahteraan ini akan terus meningkat kalau pemilu 2009 ini diulang kembali. Mengingat kacau balaunya pelaksanaan pemilu 2009 kemarin. Dan kalaulah itu sampai terjadi, mereka yang tadinya hanya naik haji, bisa jadi butik-butik di kota Milan, taman di kota Paris, Walk of Fame di Hollywood akan dipenuhi oleh bobotoh Persib dari daerah Suci (daerah yang terkenal akan usaha percetakan di Bandung). Hehehe…

Tapi jangan dulu bermimpi untuk pemilu diulang sebab pengulangan ini pasti banyak yang menentang terlebih dari partai pemenang pemilu (baca SBY cs). Sebelum itu ada baiknya dihitung seberapa besar dana yang terkumpul sesuai data diatas.

Menurut perhitungan kasar saya, dana pemilu di Indonesia mengalahkan dana kampanye pilpres serta kongres Amerika Serikat -tercatat biaya sangat mahal sebesar 5,3 Milyar dollar AS atau setara dengan Rp. 53 Trilyun (asumsi kurs Rp. 10.000/dollar). Besarnya sendiri mencapai Rp. 256.004.062.500.000 (Dua ratus lima puluh enam trilyun empat milyar enam puluh dua juta lima ratus ribu rupiah). Ini merupakan hasil penjumlahan dari biaya untuk cetak Rp. 251,37 Trilyun, biaya anggota KPPS Rp. 1,634 Trilyun serta biaya iklan media massa Rp. 3 Trilyun. Elemen lain serta dana dari Negara sebesar Rp. 22 Trilyun sengaja tidak saya masukan karena kalau samapai dimasukan bisa pusing kepala saya jadinya. Hehehe…

Angka diatas kalau dihitung-hitung akan sebanding dengan;

1. Bertambahnya dana BLT bagi rakyat miskin menjadi Rp. 5.688.979/KK dengan
asumsi 15% dari 300 juta rakyat Indonesia tercatat dalam daftar penerima BLT

2. Mahasiswa penerima BLT yang tercatat sebanyak 400.000 di seluruh Indonesia
dapat melanjutkan study tidak hanya
S1 tapi terus ke S2 & S3 bahkan S4 atau S5 (kalau ada) karena dana yang
diterima sebesar Rp. 640.010.156/mahasiswa

3. Terciptanya 2560 bank syariah bermodal 100 milyar yang tentunya akan membuat
perekonomian senantiasa berjalan & tahan banting terhadap krisis. Sebanyak
132.500 orang bankir syariah akan turut terlibat didalamnya.

4. Berjubelnya warteg di setiap belokan jalan sebab dengan dana tersebut maka
akan ada warteg sebanyak 5.120.081 dengan modal Rp. 50 juta/warung. Sekitar
15.360.243 orang akan terlibat langsung didalamnya dengan asumsi 3 orang
pekerja tiap warteg

5. Terbukanya usaha jasa niaga bagi 25.600.406 orang di seluruh Indonesia
dengan modal awal sebesar Rp. 10 Juta.

6. Hilangnya beban setiap rakyat Indonesia atas hutang Luar Negeri Indonesia
sebesar Rp. 245 Trilyun (sudah termasuk bunganya). Malahan mendapatkan
surplus sebesar Rp. 11.004.062.500.000 (Sebelas milyar Rupiah). Surplus ini
kalau dibagi rata ke 300 juta penduduk Indonesia, seorang mendapatkan
Rp. 36.680 (lumayan buat beli es campur 1 minggu). Kalau dibuat pesta
selamatan dengan rujak maka akan ada 1.100.406.250 paket rujak. Berarti
setiap penduduk Indonesia mendapat minimal 3 paket rujak seharga Rp. 10.000.
Busyet kan??? Kalau sampai setiap makan rujak semua orang sakit perut terus
buang air besar. Maka tahinya akan memiliki ukuran seberat 90.000.000 kg.
Bayangkan kalau ini dijadikan bom terus dijatuhkan di Israel. Saya yakin
efeknya lebih dahsyat daripada Bom Hirosima. Hehehe…..

Terlepas dari hitung-hitungan tidak jelas diatas, sesungguhnya dana pemilu 2009
memang cukup membuat “sejahtera” rakyat Indonesia. Hanya saja itu semua dengan catatan yang digaris tebal karena yang “sejahtera” masih sebagian orang saja. Sedangkan yang lain –yang tidak ikut terlibat dalam bisnis pemilu- ya masih tetap seperti 5 tahun sebelumnya.

Efek “kesejahteraan” mereka pun saya rasa tidaklah akan berlangsung lama. Sebab dampak dana yang sampai ke tangan mereka paling hanya kuat 1-2 hari saja. Syukur-syukur kalau ada yang bertahan sampai satu bulan.

So, kalau memang masih ingin fair (adil & merata) terhadap seluruh rakyat Indonesia serta mengatakan pemilu 2009 ini “mensejahterakan rakyat” sebaiknya dana tersebut dibagikan rata saja bagi seluruh rakyat. Kalau pun tidak ya dibagikan pada pos-pos yang memang membutuhkan atau yang menunjang untuk pembangunan seperti yang saya bilang diatas.

Jujur, saya sendiri sih inginnya semua uang tersebut dipakai buat bayar hutang luar negeri saja. Biar anak cucu saya tidak terlilit utang terus. Itu cita-cita belagunya. Padahal aslinya sih saya pengen “ngerujak” aja. Lumayan loh rujak seharga Rp. 10.000. Rujak seharga Rp. 5000 aja rasanya sudah nendang banget. Apalagi yang seharga Rp. 10.000. Tiga kali pula. ditambah bisa membom Israel juga. Hehehe…

Bagaimana kalau kita merujak??? Ngerujak yuuuukkkkk!!!

0 komentar: