Penguat-Penguat Jihad Fii Sabilillah

Senin, 06 April 2009


Jihad islam bukanlah suatu gerakan sporadis yang kemudian diiringi dengan kevakuman yang panjang atau gejolak sesaat yang diikuti dengan kediaman yang lama ataupun sebuah revolusi berdarah yang selanjutnya disusul dengan kecondongan kepada hubbun dunya (cinta duniawi) ketika gerakan ini mengalami kegagalan dikarenakan pelakunya telah putus asa dan patah semangat. Tetapi jihad di jalan Allah adalah ibadah yang senantiasa akan ada keberlangsungannya sampai hari kiamat, yang memiliki faktor-faktor penguat yang menjaga keeksistensiannya.

Dan faktor utama yang menjadi landasan bagi tegaknya jihad adalah adanya lelaki-lelaki mukmin yang mampu menjaga keeksisitensian jihad dengan usahanya dan tentunya atas perlindungan Allah. Ini dikarenakan jihad bukankanlah perang sesaat yang tujuannya hanya menang semata, tapi lebih dari itu adalah membawa misi dakwah islam kepada seluruh manusia sehingga tegaklah hukum Allah di muka bumi ini.

Selain faktor utama tadi, ada faktor penguat lain untuk menjaga keeksistensian jihad; yaitu: I. Penguat jihad maknawi: 1. Kekuatan iman; yang meliputi: a. hati yang selalu dipenuhi oleh keimanan. Dengan memiliki hati yang dipenuhi oleh keimanan yang kuat dan keyakinan yang mantap kepada Allah Yang Maha Berkuasa atas dunia ini dan isinya beserta kajadian-kejadiannya, maka seorang mujahid akan mampu terjuan ke kancah jihad tanpa rasa bimbang dan takut. Dan dengan hati yang seperti inilah bantuan, pertolongan serta kemenangan dari Allah akan datang. Allah berfirman;

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Fath:18-19)

Rasulullah bersabda;

”Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amal kalian.” (H.R. Ibnu majah)

b. Akal yang diisi oleh ilmu akal yang diisi oleh ilmu yang dalam dalam memahami karakter ibadah jihad akan menjadikan para mujahid menjadi matang dan mampu dalam menjalankan ibadah jihad tanpa mampu dikuasai hawa nafsu dan syahwat. Allah berfirman :

“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad:14)

c. jiwa yang selalu berhubungan dengan Allah.
Seorang mujahid akan selalu siap berkorban dalam melaksanakan ibadah jihadnya dengan tanpa sedikitpun memberatkan dirinya, ketika jiwanya senantiasa berhubungan dengan Allah, mengharap keridlaan-Nya, berjumpa dengan-Nya, dan selalu memandang jannah-Nya. Sebagaimana firman Allah :

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:23-24)

2. Kesatuan barisan; yang meliputi:

a. kekuatan rabithah (hubungan)
kekuatan rabithah adalah sebuah persaudaraaan yang dilandasi atas kekuatan keimanan dan keyakinan yang mantap terhadap dinul islam sesuai kitabullah dan sunnah rasul-Nya, serta mahabbah rabbaniyah yang melandaskan kecintaan dan kebencian karena Allah. Sebagaimana firman Allah :

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran:103)

Dan sabda Rasulullah:

”orang mukmin satu dengan yang lain adalah seperti bangunan yang tersusun kokoh, yang mana sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (H.R. Bukhori dan Muslim)

b. saling mempercayai
saling mempercayai antara mujahidin, baik bawahan maupun pimpinannya, tanpa prasangka dan rasa curiga yang dicampakkan syetan ke dalam hati mereka agar saling mencela dan menghasut sehingga terjadi perpecahan. Ketika hal tersebut terwujud, maka akan menjadi benteng kokoh yang dapat merontokkan segala makar yang dilancarkan oleh musuh-musuh, sehingga jama’ah akan berjalan. Pasukan akan maju dengan langkah yang mantap di atas jalan yang keras dan terjal sekalipun. Ini sebagaimana kesanggupan Abu Bakar, Umar, dan para shahabat lainnya ketika dimintai pendapat oleh Rasulullah perihal kesiapan dalam perang badar. Tidak seperti perkataan Bani Israil kepada Musa, “Pergilah kamu bersama Rabmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini.”(al-maidah:24)

c. KetaatanAdalah sebuah keharusan untuk taat kepada Allah, rasul-Nya, dan para pemimpin islam dengan menjadikan syareat islam sebagai aturan hidup serta melaksanakan semua yang ditetapkan pimpinan dengan tuntas, ringan, dan sukses. Sebagaimana firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’:59)

Dan sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam;

“Barangsiapa melepaskan tangannya dari ketaatan, maka dia akan menjumpai Allah pada hari kiamat dalam keadaan tidak memiliki pembelaan. Dan barangsiapa yang mati sedangkan tidak ada ikatan bai’at di lehernya, maka dia matinya seperti matinya orang jahiliyah.” (H.R. Muslim)

3. Ta’awun (tolong-menolong); yang meliputi:
a. pendapat,
b. perencanaan,
c. pelaksanaan.

Tatkala terjadi tukar pendapat, saling menasehati, diskusi dan musyawarah bersama pakarnya, akan memberikan bekal yang positif dalam hal informasi dan data sehingga menambah wawasan dan akhirnya tepat dalam menentukan program dan tujuan dalam sebuah misi. Allah berfirman :

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah:71)

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfal:60)

sabda Rasulullah:

“Barangsiapa yang membantu (menyelesaikan) hajat saudaranya, maka Allah akan membantu (menyelesaikan) hajatnya.”(H.R Abi Dunya)

4. Sabar; yang meliputi:
a. sabar dalam menjalankan ketaatan.
b. sabar dalam meninggalkan kemaksiatan.
c. sabar dalam menghadapi cobaan.

Rasulullah bersabda:“Sabar itu ada tiga macam; Pertama sabar dalam menghadapi musibah, dua; sabar dalam menghadapi ketaatan, tiga; sabar dalam menghadapi maksiat. Barang siapa yang bersabar menghadapi musibah dan menjalankan ketabahan, maka Allah akan menetapkan baginya 300 derajat, jarak antara dua derajat sejauh jarak antara langit dan bumi. Dan barang siapa yang bersabar dalam menjalankan ketaatan, mska Allah akan menetapkan baginya 600 derajat, jarak antara dua derajat tersebut sejauh jarak antara permukaan bumi sampai ke batas akhirnya. Dan barang siapa sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, maka Allah akan menetapkan baginya 900 derajat, jarak antara dua derajat sejauh antara permukaan bumi sampai ke ujung arsy dua kalinya." (H.R. Ibnu abi Dunya)

Sabar dengan ketiga macamnya merupakan satu kekuatan dalam iman yang dapat mendatangkan kemenangan dan kesuksesan. ini dikarenakan pelaku kesabaran selalu hidup dalam ketaatan, menjauhkan dari kemaksiatan, dan selalu berusaha bersabar dalam menghadapi musibah serta cobaan hidup, terutama dalam melaksanakan ibadah jihad.

II. Penguat jihad madi (materi).

1. Fisik yang layak (kesamaptaan jasmani). Meliputi:
a. kekuatan otot.
b. cekatan dan gesit.
c. sigap dan selalu semangat.

2. Ketrampilan perang. Meliputi:
a. taktik perang.
b. macam-macam perang.
c. macam-macam senjata.

3. Strategi perang. Meliputi;
a. spesifikasi target.
b. taktik yang matang.
c. pelaksanaan yang tuntas.

4. persenjataan perang.
Meliputi:
a. persenjataan darat.
b. persenjataan laut.
c. persenjataan udara.

Demikian pembahasan penguat-penguat jihad fie sabilillah, semoga kita diberi kemampuan dan kekuatan oleh Allah untuk hal ini. Amien.

0 komentar: