Akhirnya sudah bisa dipastikan Golput menang kembali dalam pemilu kali ini. Golput sukses mengalahkan Partai Demokrat (24,42%), Partai Golkar (19,28% ), PDI-P (16,06%), dan PKS (10,53%). Sedangkan yang lain? Partai lain sengaja tidak saya sebut sebab kalau diikutkan kasihan terlalu jauh jaraknya apabila harus bersaing dengan golput.
Jujur saya senyam-senyum sendiri setelah tadi pagi membaca koran. Ternyata perhitungan golput pada pemilu ini sebesar lebih kurang 40% dari total DPT. Bayangkan saja angka sebanyak itu kalau kemudian masuk ke dalam parlemen. Tentu ini akan membuat partainya SBY terkencing-kencing meminta untuk berkoalisi. Atau malah berak di tempat. Hahaha…
Buat saya golput itu hak asasi. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Golput merupakan deklarasi perlawanan dan perjuangan yang tercermin dari wajah ganda golput, yaitu konfrontatif dan korektif. Apalagi Golput yang murni atas dasar bukan keterpaksaaan. Ia adalah salah satu bentuk perlawanan atas hegemoni yang ada. Seperti saya (deuh bangga… dasar belagu). Hehehehe…
Seingat saya, golput selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dari sejak tahun 1955 hingga 2009, angka golput tidak pernah mengalami penurunan. Justru dia selalu naik dengan signifikan. Entah alasan para golput itu kenapa. Yang jelas apabila dihitung ulang, Pemilu Legislatif 2009 sesuai dengan Perppu No 1/2009, angka golput yang sebesar 40 persen itu setara dengan 68.506.177 pemilih. Dengan catatan total DPT adalah 171.265.442 jiwa.
Silakan dilihat dan dibaca lagi!
Enam puluh delapan juta lima ratusenam ribu seratus tujuh puluh tujuh orang bo!
Angka sebanyak ini setara dengan 34 kali penduduk kota Bandung. Kalau digabungkan, total luas wilayahnya bisa sampai satu pulau Jawa. Sedangkan bila dibandingkan dengan negara-negara di Eropa sana, jumlah orang dan luas seperti itu sama artinya dengan beberapa buah negara Eropa digabungkan dalam satu wilayah.
So, inilah sebenarnya bukti bahwa rakyat sudah tidak peduli dan membenci sistem yang ada. Saat ini rakyat sudah tidak mudah lagi dibodohi hanya dengan bingkisan-bingkisan, amplop-amplop serangan fajar, dll. Bahkan sejujurnya rakyat sendiri secara tidak langsung sudah tidak lagi percaya akan demokrasi yang selama ini digembar-gemborkan sebagai way of life (rakyat atau saya ya??? Semoga rakyat. Hahaha….) Sebab demokrasi memang di ambang keuntuhan. Apa yang akan didapat dari demokrasi kalau tidak kehancuran?
Karena berakibat pada kehancuran maka menutup tulisan ini saya mencoba mengingatkan kembali pada orang-orang yang masih mempercayai perubahan ini dengan demokrasi; Bayangkan oleh kalian apabila suara 40% itu menginginkan sebuah perubahan atau kasarnya revolusi. Sudah seharusnya kalian tidak menolaknya karena demokrasi mengadopsi suara terbanyak adalah pemenangnya. OK?!
Dan patut diingat, untuk tercapainya itu, saya tak bisa dibungkam. Saya akan terus melawan dalam ruang perlawanan sekecil dan sesulit apa pun. Sebab saya tidak ingin hidup saya hancur karena demokrasi sialan kalian.
Long life Golput! Viva la Golput!
0 komentar:
Posting Komentar