Evolution Is Dead

Minggu, 01 Maret 2009


Kemarin saya sengaja main ke Museum Geologi. Tadinya sih hanya sekedar melihat pameran foto saja. Soalnya tidakenak telah diundang beberapa hari sebelumnya oleh empu-nya pameran foto tersebut. So, daripada tidak datang sama sekali saya akhirnya menyempatkan diri kesana. Sekalian membawa si Revo biar sedikit mengerti tentang dunia fotografi.

Sampai disana saya sedikit kuciwa dengan pameran yang ada. Tidak seperti yang saya bayangkan. Pameran terasa begitu hambar. Padahal pesannya bagus. Saya benar-benar menghargai ide yang diambil oleh penggagas acara ini. Namun ide & pesan yang bagus kurang ditunjang konsep pameran yang ciamik. Itu menurut saya.

Di tengah kekuciwaan saya, Revo berlari menuju sayap kanan ruang galeri. Dengan sepatu putih berbunyi cuit-cuitnya, dengan semangat dia menunjuk-nunjuk sesuatu yang ada di dalam sana.
Sumpah dari sejak awal lihat pameran, bunyi sepatu dia bikin orang ga konsen. Suaranya kayak curut kejepet alat tangkap tikus. Merinding dengernya.

Ternyata Revo menunjuk tulang belulang segede alaihim gambreng yang tepat berada di tengah ruang tersebut.

Damn! Museum Geologi sekarang sudah berubah begitu kata saya. Suasana interiornya tidak seperti terakhir saya pernah kesini (Kapan ya saya terakhir kesini? SMP kah???)

Sambil menjentik-jentikan tangan kecilnya Revo berteriak-teriak.

“Gacah! Gacah!”, teriak dia.

“Iya itu Gajah. Tulang Gajah purba”, kata saya.

“Meong…meongg….”, Revo memanggil-manggil tulang lain yang mempunyai tanduk.

“Itu mah bukan kucing. Itu banteng purba. Suaranya Muohhhhh….”, mulutnya saya dimonyongin.

“Muohhhh….”, sungut Revo membalas.

Namun dibalik suasananya yang baru itu, saya merasa masih ada sesuatu yang belum berubah sejak dulu. Bukan masalah isinya. Isinya sih masih isi yang seperti dahulu. Tapi ini masalah konsep ilmu yang dipegang oleh lembaga yang acapkali menjadi sasaran wisata ketika liburan ke Bandung.

Saya masih melihat adanya unsur yang kuat akan kepercayaan terhadap Teori Evolusi-nya Darwin. Nampak dari berbagai visualisasi serta deskripsi yang ditampilkan di Museum ini. Semua mengkerucut pada keyakinan akan seleksi alam serta teori pohon yang mbah Darwin –fotonya menjadi point interst di salah satu sudut ruang- angung-agungkan.

Heran. Jujur saya masih heran dengan semua ini. Padahal bulan Juli 2008 kemarin beberapa ahli di Austria telah berkumpul dan menyatakan bahwa Teori Evolusi yang saat ini banyak diajarkan di sekolah tidaklah memadai untuk menjelaskan keberadaan makhluk hidup. Mereka menyatakan bahwa Teori Darwin sudah usang karena muncul sebelum ditemukannya DNA. Teori ini tidak dapat menjelaskan teori pembentukan tubuh, serta tidak dapat menampung fenomena ilmiah baru lainnya.

Padahal setahu saya, para pakar yang berkumpul disana dihadiri juga oleh ilmuwan-ilmuwan pendukung Teori Evolusi. Seperti sudah menjadi rahasia umum, selama ini dunia terbagi menjadi 2 golongan dalam memandang Teori Evolusi; Golongan Evolusionis Dogmatis & Anti Evolusionis. Dan mereka pada pertemuan kemarin menyatakan juga bahwa seleksi alam versi pemikiran Darwin sangatlah tidak layak. Begitu pun dengan pohon silsilah evolusi rekaan Darwin. Semua amburadul. Usang.

Penelitian kemarin konon katanya melibatkan 40 juta pasang DNA yang diambil dari 29 species satwa. Berbekal jutaan pasang DNA inilah muncul pertanyaan yang akhirnya meragukan core Teori Evolusi Darwin. Ternyata setelah diteliti, “Comb Jellyfish” (Ubur-ubur sisir) yang diklaim dalam Teori Evolusi muncul setelah lahir hewan-hewan lain pada faktanya (setelah penelitian DNA) dia lebih dahulu muncul. Bahkan lebih awal dari Bunga karang rendah yang dipercaya sebagai cikal bakal hewan yang ada.

Tentunya penemuan ini benar-benar merusak akar dari Teori Darwin yang selama 150 tahun ini tak bergeming dihantam kiri dan kanan. Namun sebenarnya hantaman pada teori ini tidak hanya sebatas dari hasil pertemuan kemarin. Telah banyak sebenarnya kajian-kajian ilmiah para ilmuwan yang membantah akan teori ini. Salah satu yang paling membekas di benak saya adalah sosok Adnan Oktar a.k.a Harun Yahya yang konsern akan masalah Teori Evolusi. Saya sangat ingat pertanyaan dia akan ketiadaan fosil-fosil mata rantai serta kemunculan tiba-tiba makhluk hidup pada peristiwa Ledakan Kambrium dan Lavalon. Belum lagi bukti-bukti lainnya yang dia perkuat dalam video-videonya.

Salah satu lainnya yang cukup membekas di hati saya juga adalah adanya sebuah film dokumenter berjudul “Expelled: No Intelligence Allowed“ . Film yang bercerita tentang sisi gelap para akademisi dan ilmuwan yang dilecehkan, tidak diperpanjang masa jabatannya, bahkan dipecat hanya karena mereka percaya bahwa ada “Perancangan“ di alam semesta ini. Didalam film tersebut Richard Dawkins, profesor biologi terkenal asal Inggris, evolusionis, Darwinis dan ateis terkenal era kini, bahkan mengakui bahwa kehidupan mungkin saja memiliki perancang. Jadi menurutnya bisa jadi Tuhan-lah yang membuat semua ini.

Seperti juga ketika Tuhan menciptakan rasa geli di kaki saya ini. Soalnya sejak tadi kaki saya serasa ada yang menarik-narik. Padahal saya sedang memandangi wajah cute Mbah Darwin sambil berpikir bagimana mukanya kalau suatu saat jadi bencong. Hehehe…

Ternyata yang menarik-narik kaki saya dari tadi adalah Revo. Dia meminta perhatian saya agar melihat etalase berbagai macam tengkorak “makhluk purba” yang sejak tadi dia lihat.

“ Revo, kamu dulu asalnya dari monyet loh”, gurau saya.

“Nyet2, nyet...nyet ..???”, dia keherannan.

“Iya Revo asalnya dari monyet. Tuh kata dia”, kata saya sambil menunjuk foto mbah Darwin.

Dibilang begitu Revo malah cemberut lalu ngoceh “nyet…nyet…nyet…” lagi sambil mau menangis. Badannya dia jauhkan dari etalase itu. Nampaknya dia enggan mendekati tengkorak-tengkorak itu.

Pinter juga ini bocah guman saya. Agaknya dia tidak mau disamakan dengan monyet. Kayaknya biar masih kecil dia sudah tahu beda monyet dengan manusia. Mungkin di kepalanya sekarang sedang bertanya-tanya kok ada ya orang tua bangkotan yang masih pengen disamain dengan monyet. Jangan-jangan yang berdiri disamping dia terus ngobrol ma dia itu monyet juga.

Hush! Ga sopan! Awas ya kalau kamu mikir kayak gitu:p


0 komentar: