Detroit Metal City

Jumat, 27 Maret 2009


Film Detroit Metal City mengingatkan kembali saya tentang begitu pentingnya membuat mimpi dalam kehidupan ini. Sebab mimpilah yang menjadi trigger bagi siapapun yang ingin menjadi apa yang dimimpikannya. Meskipun DMC hanya berslogan “No Music, No Dream” bagi saya slogan atau motto tersebut sebenarnya begitu dalam.

Diluar masalah musik dan hal-hal edan yang dilakukan DMC, apa yang dikatakan Soichi, vox DMC, -sejak dia membiarkan dirinya terjun ke dalam panggung dunia entertainment- bagaikan sebuah api yang tak akan pernah padam. Ia akan terus menyala walaupun berbagai aral merintangi laju kehidupannya. Mimpi apabila sudah menjadi sebuah pemahaman serta pengamalan maka ia akan senantiasa hidup sampai badan dipisahkan dari kepala.

Hal ini pun mengingatkan saya juga akan (alm) Ivan Schumbag, vox Burgerkill. Ia mempunyai mimpi bahwa Burgerkill & Ujung Berung Rebel harus menjadi nadi bagi dunia underground. Dan akhirnya apa yang diimpikannya memang terbukti saat ini. Hingga di detik-detik nafasnya berakhir pun totalitas dia akan mimpinya memang tidak surut oleh menipisnya cairan infus.

Sekali lagi, diluar musik + hal-hal edan + ketidaksepakatan saya dengan kedua hal diatas, keteguhan Soichi atau Ivan memang keteguhan yang membara. Keteguhan tersebut dapat membuat seorang pribadi yang “lemah” menjadi seorang yang “kuat”. Soichi yang begitu feminim dapat seketika beubah menajadi Krauser yang begitu dark & scarry. Semua ia lakukan hanya karena satu alasan; mimpi!

Mimpilah yang merubah dia menjadi seorang yang melebihi batasnya. Mimpi jugalah yang membuat dia tetap bertahan meskipun sebenarnya dia bukanlah sekuat yang dibayangkan. Ya itulah hebatnya mimpi.

Kalau saja mimpi ini tetap berada dalam benak saya & kawan-kawan yang berkumpul tadi pagi altar Tuhan, saya yakin mimpi yang ditularkan Kawan SAM pada semua yang hadir bakal terwujudkan. Ia bakal menjadi virus yang menular pada orang-orang di sekitarnya (mirip adegan fans DMC yang meyakini bahwa perkataan DMC adalah benar adanya).

Namun yang menjadi pertanyaan apakah mimpi kawan-kawan yang ada saat itu akan sama seperti kuatnya mimpi Soichi? Saya harap sih kuat juga bahkan semakin kuat. Kalau tidak kuat atau menajdi semakin kuat menurut saya kebangetan. Sebab apa yang diimpikan adalah sesuatu yang begitu mulia. Tak layak seorang pun melepaskan dirinya dari mimpi ini.

Akan tetapi namanya manusia kadang memang bisa berubah-ubah. Dia bukanlah robot yang diprogram untuk manut dan setia terhadap penciptanya. Nah kalaulah hal itu terjadi, saya berpikiran semua yang hadir tadi diberikan motto yang tak jauh beda dengan motto DMC. Hanya ada perubahan sebuah kata saja. Kalaulah DMC mempunyai motto “No Music, No Dream” maka saya & kawan-kawan seharusnya bermotto “No Revolution, No Dream”.

Ya karena mimpi saya & kawan-kawan adalah melakukan sebuah revolusi. (Semoga)

0 komentar: