Rosela & Senyum Yang Hanya Mimpi

Jumat, 27 Maret 2009


Membaca buku paket Kafilah Syuhada “Goresan Pena Trio Mujahid” (Imam Samudera, Ali Ghufran & Amrozi) membuat saya duduk termenung dan tersungkur. Saya memandangi diri saya bak seorang pecundang dan orang yang tak tahu malu dengan Penciptanya. Mungkin dengan kata lain saya bisa jadi dikatakan sebagai orang sombong yang berjalan diatas bumiNya. Bahasa Sunda-nya borokokok nurustunjung ontolohod orowodol banget pisan.

Sungguh kalau dibandingkan dengan ketiga professor saya ini (Imam Samudera, Ali Ghufran & Amrozi), saya bukanlah siapa-siapa. Jauh. Sangat jauh dibandingkan mereka. Malu rasanya membanding-banding diri saya dengan salah satu dari mereka. Sebut saja Amrozi yang dikenal ilmunya yang tidak terlalu banyak juga mantan preman. Dengan Amrozi saja saya jelas tidak ada apa-apanya. Hanya kesamaan beragama Islam saja mungkin yang ada. Itu pun dengan berbagai catatan pada diri saya yang kadang murtad oleh hati, lisan & perbuatan.

Bercampur rasa yang ada dalam dada saya. Antara kagum, gembira, cinta, cemburu, terharu dan lain-lain semua tercampur menjadi satu. Kalau Asy Syahid (insyallah) Ustadz Amrozi bilang rasanya kayak buah Trenggulun alias nano-nano. Hahaha…

Jujur saya senyum-senyum serta tertawa membaca catatan “Senyum Terakhir Sang Mujahidin”. Catatan biografi singkat Asy Syahid (insyallah) Ustadz Amrozi memang penuh kisah menarik dirinya. Sambil mengingat ekspresi dia di TV ketika divonis hukuman mati sambil mengacungkan kedua jempolnya, saya terus tersenyum-senyum seindah senyumannya. Namun ada satu yang disayangkan dalam buku ini menurut saya. Beliau tidak menuliskan cara merakit bom. Hahaha… Mungkin harus cari di BAP-nya waktu di Polda Bali kali ya??? Ya itu sih memasukan diri dalam lubang buaya. Hehehe…

Buku “Senyum Terakhir Sang Mujahidin” adalah buku terakhir yang saya baca dari paket Kafilah Syuhada ini. Sebelumnya saya membaca “Mimpi Suci Dibalik Jeruji Besi” kemudian “Sekuntum Rosela Pelipur Lara”. Rasanya memang pas kalau membaca dengan urutan seperti itu. Sebab catatan Asy Syahid (insyallah) Ali Ghufron isinya berupa ilmu tentang tafsir mimpi. Kebetulan beliau diberikan kelebihan dalam hal ini oleh Allah. Namun sekali lagi ada namunnya. Catatan belaiu terlalu singkat. Kalau dibandingkan dengan beberapa kata pengantar saja, jumlah halamannya tidak terlalu jauh berbeda. Sehingga keilmuan Asy Syahid (insyallah) Ali Ghufron tidak banyak tergali.

Buku selanjutnya yang say abaca adalah catatan Asy Syahid (insyallah) Imam Samudera, “Sekuntum Rosela Pelipur Lara”. Buku ini dari sisi bahasa memang berbeda dengan kedua buku lainnya. Asy Syahid (insyallah) Imam Samudera memiliki luar dan kosakata yang cukup bagus serta argumen-argumen yang cerdas sekaligus mengundang senyum. Benar kalau banyak yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang pintar. Dengan menghabiskan separuh waktunya di medan jihad ternyata beliau tidak sama sekali gagap akan sains yang ada. Terbukti beliau digelari cyber mujahidin. Sialnya dulu saya tidak sadar kalau selama ini yang pernah chat dengan saya di MIRC adalah sang cyber mujahidin ini.

Penyesalan ini semakin saya rasakan bertubi ketika keberangkatan menjenguk ketiga profesor di LP Nusakambangan ini tidak jadi. Sungguh benar-benar dongkol saya kala itu. Padahal saya sudah menyiapkan segala hal untuk kepergian saya saat itu. Dari mulai mengambil cuti hingga menyiapkan oleh-oleh buat mereka di H-7 eksekusi oleh thogut. Namun mungkin Allah berkehendak lain (dan tentunya saya tidak dapat mengajukan somasi padaNya).

Allah hanya mengizinkan saya untuk tidak melihat langsung apa yang saya inginkan ketika berkunjung ke LP Batu; melihat bunga Rosela yang ditanam Asy Syahid (insyallah) Imam Samudera di selnya, mendengar tausiyah dari Asy Syahid (insyallah) Ali Ghufron serta melihat senyum manis Asy Syahid (insyallah) Amrozi. Ya apapun kehendakNya saya harus menerimanya. Sebab ternyata Dia masih baik terhadap saya. Dia masih mengizinkan saya untuk mendengarkan teriakan mereka yang lebih penting dari ketiga hal yang sangat saya inginkan tadi. Yaitu teriakan Isykariman au mut syahidan!!!

7 komentar:

Divan Semesta mengatakan...

Bagaimana kalu kita buat janji maen air soft gun? bagaimana bung orowodol?

Begundal Militia mengatakan...

ahhhh asoy tuh....
merapat ke Srengseng ahhhh

Divan Semesta mengatakan...

Tangtukeun waktu ateuh... tp kudu powe minggu... cuw! cuw! akh....

Divan Semesta mengatakan...

Men... ceuk urang mah, jihad mun teu boga duit teu kudu ka luar nagrek... mun teu boga dolang mah... maehan kapir nu ngarusak (mere narkoba ka muslim, malakan muslim dsb lah)ge jihad. Di culik... clup! clup! diencus siga sosis di D'Clups..., diasupan na karung, di lemparkeun ka danau cililin ge jihad men... eta ge mun kuat iman (kuat mental oge). Tah eta salah sahiji ide direk eksen hehehe....

Divan Semesta mengatakan...

ditubruk, di giling ku bridgestone, cicing-cicing we tong ngemeng ka sasaha hahaahaahaha.... seram.

Begundal Militia mengatakan...

sepakat uing Jap!!!
Jihad teu kudu ka luar nagrek. Da insyalahh 2010 Al Qaeda nu rek datang ka deui. JAdi dagoan we heula. Ayeuna mah siapkeun we pisik. Lamun pisik alus lumayan bisa direkrut jadi pasukan elitna. Mun pisik balangsak nya minimal bagean noongan nu keur maraksiat jang dilaporkeun ngarah dibom. hahaha

Anonim mengatakan...

Subhanaallah,,, Begitu agungkah Rosela sehingga dlambangkan wewangian mujahid