4 Months, 3 Weeks, 2 Days

Senin, 30 Maret 2009




Sumpah dech! Lebih baik saya liat si Revo lagi ee di depan mata daripada lihat orang melahirkan. Kalau nggak saya lebih baik melihat orang digorok atau ditembak kepalanya daripada melihat orok keluar dari rahim ibunya.

Begitu yang saya rasakan beberapa waktu lalu ketika melihat video persalinan seorang wanita bule di sebuah rumah sakit di Amrik sana.

Tak kurang dari 5 menit, rasa eneg itu langsung muncul. Kepala langsung yang balikan ke belakang. Namun percuma juga begitu sebab suara perempuan mengerang membuat rasa penasaran kembali menderu. Ketika membalikan kembali kepala ternyata gambar telah close up pada kepala bayi yang penuh darah keluar dari sarangnya. Sontak kuduk saya berdiri & perut terasa mual. Hoeokkkkk……

Rasa seperti itu pun muncul ketika saya melihat 4 Months 3 Weeks 2 Days. Meskipun dalam fim Romania peraih Palme D’or ini tidak secara langsung memperlihatkan janin keluar dari selangkangan, namun adegan aborsi atas orok tak berdosa itu mebuat perut saya begitu eneg. Terlebih ketika sebuah selang kecil dimasukan ke dalam perut si perempuan. Beugh!!!

Kurang ajarnya, si dokter dadakan tersebut meninggalkan si perempuan di ranjang dengan posisi terlentang dan selang panjang terurai dari dalam perutnya. Sambil kemudian berpesan untuk tetap tinggal disana paling lama 1-2 hari sebelum aborsi rampung.

Gila! Apa yang ada dipikiran mereka kata saya. Apakah mereka tidak sadar dengan pilihan perbuatannya? Atau memang mereka sadar namun karena schizophrenia lantas aborsi yang mereka pilih? Ataukah ini memang karena kesalahan sistem (seperti yang selalu digembar-gemborkan oleh sebuah ormas) yang akhirnya mendesak mereka untuk melakukan itu? Saya tidak bisa menjawabnya. Yang tahu hanya sutradara film tersebut. Hehehe…

Namun yang jelas, kalaulah itu dikatakan sebagai kesalahan sebuah sistem maka hal itu jelas tertolak. Sebab latar belakang film tersebut mengambil plot di era akhir runtuhnya komunisme di Romania. Pemerintah Komunis Romania begitu keras menindak pelaku aborsi ini. Bahkan saking keras, tak seorang pun warga diberikan ruang untuk melakukan praktek ini.

Berbeda dengan di negeri ini. Meskipun aborsi diharamkan namun sudah menjadi rahasia umum praktek ini hidup di beberapa tempat. Tak kurang segelintir aparat disinyalir menjadi backing tempat haram tersebut. Maka tak heran kalau kemudian ada sejumlah tempat praktek yang sampai memiliki ruangan dengan fasilitas beragam layaknya sebuah rumah sakit besar.

Beruntung beberapa bulan lalu di Tangerang masih ada aparat yang begitu peduli dengan masalah ini. Saya acungi 2 jempol untuk ibu polwan (saya lupa namanya) yang berhasil membongkar sindikat tempat praktek terlarang tersebut. Kalaulah jempol kaki bisa saya angkat dan dianggap sopan, saya acungi juga ibu polwan tersebut dengan kedua jempol kaki saya.

Itu saya berikan semata-mata karena usahanya membendung kriminal yang lebih parah dari kriminal yang terjadi di jaman jahiliyah. Di jaman ketika Rasulullah saw masih hidup, yang menjadi korban hanya anak perempuan saja. Anak laki-laki selamat dari dikubur hidup-hidup seperti yang dilakukan Umar bin Khattab ra. sebelum masuk Islam. Namun sekarang, jangankan anak perempuan, anak laki-laki pun tak luput dari pembunuhan orang tuanya.

Padahal apa salah mereka (anak-anak)??? Mereka itu makhluk terindah yang diciptakan Allah. Lagian bukankah mereka awalnya di “buat” dengan penuh kesenangan. Kalaulah memang diawali dengan kesenangan harusnya kan diakhir dengan kesengangan juga.

Sumpah sampai sekarang saya masih belum habis pikir kenapa masih ada yang melakukan hal demikian. Disaat sepupu saya memohon-mohon meminta anak hingga harus menderaikan air mata karena anak yang dikandungnya selalu meninggal, ternyata masih saja ada sebagian orang yang tega melakukan hal keji seperti. Saking kejinya, saya yang mempunyai hobi melihat adegan-adegan sadis pun tidak tega untuk melihatnya. Lebih baik saya menghabiskan waktu senggang saya dengan menonton Caligula, Salo, Cannibal Holocaust, Baoise Moi, dan film-film bergenre Snuff lainnya daripada harus memicingkan mata untuk melihat adegan aborsi. Yaks!!! Sungguh teganya…teganyaaa….

2 komentar:

Muslimin mengatakan...

Emang wktu Revo melahirkan kemana Kang?

Saya mah detik-demi detik Mesia lahir ke dunia saya pelototin..

Begundal Militia mengatakan...

hohoho.... lahiran si Revo ga lama. eike masukin kamar uminya dah gitu ada tukang nasi goreng lewat. Eike pesen deh. Belum beres nasi gorengnya eike dah dipanggil bidan. Kirain eike disuruh nemenin. Ternyata si Revo sudah tiduran di box bayi. Coba kira2 berafa menit tuh???? ada 5 menit?