Indonesia Taklukan MU 3 : 0

Senin, 20 Juli 2009


Kata siapa? Ya kata saya dong ah.

Kok bisa Indonesia mengalahkan MU (baca: Em Yu)? Bisa saja dong. Kenapa tidak.

Walaupun MU sangat terlatih, semua itu non sense dihadapan pemain Indonesia. Mau jungkir balik belajar “Ini Budi” sampai “Wati kakak Budi” pun tidaklah akan berpengaruh terhadap performa mereka menghadapi Indonesia.

Lihat saja sejarah membuktikan bahwa ternyata Indonesia mampu menaklukan MU dengan skor cukup telak; 3:0. Barcelona saja hanya mampu 2:0. Padahal siapa sih yang tidak tahu edan-nya permainan Barcelona.

Saya merasa inilah sejarah terbesar persepakbolaan negeri ini. Kalaulah dibandingkan dengan eranya Sucipto, Suntoro, Anjasasmara, Ronny Patinasarani, Rully Nere, Ricki Yacobi, dll, tentu kemenangan saat inilah yang saya rasa paling besar.Sekalipun mereka disatukan kembali dalam satu tim untuk menandingi kehebatan tim All Star sekarang, saya yakin mereka tidak akan dapat menandinginya. Sumpah!

Saya yakin banyak orang akan bertanya kepada saya. Dari mulai “Kok bisa?” sampai “Menang dari Hongkong?!” semua ditanyakan pada saya. Tentunya saya akan menjawab bisa. Kenapa juga harus tidak bisa. Orang yang main tim Indonesia kok. Bukan tim Hongkong. Mau Hongkong menang atau tidak saya tidak peduli. Kalau pun Hongkong menang saya yakin itu karena didalamnya ada Steve Chow. Tapi kenapa ya Steve Chow bisa ikutan masuk tim Hongkong? Ah buat apa sih mikirin Hongkong. Saya kan belum pernah ke Hongkong. Ketemu Steve Chow juga belum pernah. Tidak penting ah jadinya.

Namun, dibalik itu semua, percaya tidak percaya, semua harus percaya!

Saya sengaja tidak memaksakan kehendak saya. Sebab saya tahu memaksakan kehendak itu bertentangan dengan Pancasila sila ke-6 butir ke-2. Benarkan sila dan butirnya??? Kalau salah maafkan saja. Saya sudah lupa dengan isi Pancasila berikut pasal dan butirnya. Saya hanya tahu pasal tilang dari polisi sebab kemarin saya baru kena tilang. Hehehe…

Sekali lagi saya hanya mengharuskan agar semua percaya dengan apa yang saya bilang; Indonesia menang 3:0 atas MU. Tidak mengapa kan saya bilang harus. Toh harus bukanlah wajib. Sebab yang wajib itu Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Naik Haji bagi yang mampu, dan Jihad. Betul tidak?!

Ya. Indonesia memang menang dengan skor segitu. Masih tidak percaya? Coba kemari sini si kamu melihat TV yang itu saya simpan sendirian disana. Eh tidak sendirian deng. Bareng dengan lampu meja dan kotak kecil yang isinya bon-bon hutang. Dibawahnya ada meja yang sengaja saya letakan untuk peristirahatan DVD-DVD bajakan. Tapi mereka bukanlah sebab musabab terjadinya kemenangan telak Indonesia atas MU. Mereka hanya jadi teman saya ketika saya duduk melihat siaran langsung.

Kalau begitu kemenangan ini dikarenakan Ferry Rutinsulu berhasil menepis semua shoot on goal striker MU? Tentu saja bukan. Meskipun ketampanan Ferry Rutinsulu dapat membuat Wayne Royne salting ketika hendak menjebolkan bola namun kesaltingan yang berlebihan tidaklah terjadi pada Rooney. Sebab menurut media gosip di Inggris Raya, walaupun Rooney kadang salting oleh keberadaan lelaki tampan pria tapi dia bukan tipe penguber bencong dan sejenisnya. Jadi sangat tidak mungkin pesona Ferry mengganggu konsentrasi Rooney.

Meskipun menang, kemenangan ini pun tidak dapat dikatakan karena begitu disiplinnya Charis Yulianto cs. Tackling dan zona marking mereka masih banyak yang out of control (kalau tidak mau dikatakan tidak mampu mengejar lari Berbatov dan Park Ji Song). Penjagaan Isnan Ali dan Maman Abdurahman sejujurnya tidak banyak membantu. Pun demikian dengan Nova Arianto yang terkadang bisa berubah jadi Suster Ngesot. Ketidaklaziman Nova yang dapat menjadi manusia “seperempat” (seperempat suster, seperempat hantu, seperempat pemain bola, dan seperempat suami istrinya) tidak membuat Berbatov gentar. Sebab selama Berbatov di Inggris, ia tidak pernah kenal Suster Ngesot. Justru yang lebih dikenal adalah The Nanny goes to UK. So, mau jadi Kolor ijo sekali pun bagi Berbatov semua usaha Nova tidaklah akan berarti apa-apa

Demikian juga dengan Firman Utina dan Ponaryo Astaman. Walaupun tidak bermain jelek, mobilitas mereka sebenarnya tidaklah begitu berarti banyak atas kemenangan Indonesia ini. Lawan mereka bukanlah kelas sepakbola kampung. Giggs cs, merupakan pemain-pemain tengah yang memiliki dribbling cepat, passing akurat, set pieces yang brilian serta pintar membaca permainan. Keberadaan si “ebol” Eka Ramdhani yang memiliki bisnis studio musik pun sejujurnya tidak terlalu berpengaruh. Sebab pemain MU dikenal memiliki integritas tinggi & profesional. Mereka tidak mau disogok sekalipun Eka menawari mereka Stratocester yang sangat langka. Mereka juga pastinya tidak mau diajak bermain gitar ketika sedang bermain bola.

Kemenangan ini bukan juga karena ketajaman Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono dan Boaz Sallosa. Bukan bermaksud mengecilkan peran mereka namun lawan mereka adalah pemain belakang terkuat seantero dunia. Sulit rasanya untuk dapat menyengaja mendahului Rio Ferdinand cs atau menjebol Van De’Sar kecuali ketika sedang antri bayar listrik. Itu pun dengan catatan Bambang Pamungkas cs datang jam 8-an. Syukur-syukur sebelum pintu loket dibuka Bambang cs sudah bermalam di depan sana sebelumnya.

Lalu atas apa kemenangan Indonesia itu terjadi kalau memang semua pemainnya tidak mampu mengimbangi MU dari semua sisi? Apakah karena keberpihakan Purwanto (atau siapa saja namanya) yang selalu memihak tuan rumah? Saya rasa wasit yang menjadi hakim pada pertandingan ini tidak akan mau menjadikan dirinya sebagai Wasit Goblog. Soalnya di Bandung sudah begitu banyak motor dan helm yang mencerca mereka dengan panggilan “Wasit Goblog”. Bagi wasit, cercaan tersebut pastinya sungguh sangat dalam dan menyanyat hati. Ini hanya kasus di satu kota. Bayangkan kalau sampai penduduk Manchester pun atau seluruh Inggris Raya plus penggemar MU senatero dunia menempelkan stiker “Wasit Goblog” di helm dan motor mereka. Saya rasa karir wasit tersebut bakal benar-benar terkubur. Tujuh turunan.

Kalau begitu, betul dan bagaimana Indonesia menang atas MU? Ya betul. Indonesia memang menang atas MU. Indonesia menang WO. Ini karena MU tidak mau datang untuk bermain bola di Senayan. Betul kan?!

0 komentar: