4 Months, 3 Weeks, 2 Days

Senin, 30 Maret 2009




Sumpah dech! Lebih baik saya liat si Revo lagi ee di depan mata daripada lihat orang melahirkan. Kalau nggak saya lebih baik melihat orang digorok atau ditembak kepalanya daripada melihat orok keluar dari rahim ibunya.

Begitu yang saya rasakan beberapa waktu lalu ketika melihat video persalinan seorang wanita bule di sebuah rumah sakit di Amrik sana.

Tak kurang dari 5 menit, rasa eneg itu langsung muncul. Kepala langsung yang balikan ke belakang. Namun percuma juga begitu sebab suara perempuan mengerang membuat rasa penasaran kembali menderu. Ketika membalikan kembali kepala ternyata gambar telah close up pada kepala bayi yang penuh darah keluar dari sarangnya. Sontak kuduk saya berdiri & perut terasa mual. Hoeokkkkk……

Rasa seperti itu pun muncul ketika saya melihat 4 Months 3 Weeks 2 Days. Meskipun dalam fim Romania peraih Palme D’or ini tidak secara langsung memperlihatkan janin keluar dari selangkangan, namun adegan aborsi atas orok tak berdosa itu mebuat perut saya begitu eneg. Terlebih ketika sebuah selang kecil dimasukan ke dalam perut si perempuan. Beugh!!!

Kurang ajarnya, si dokter dadakan tersebut meninggalkan si perempuan di ranjang dengan posisi terlentang dan selang panjang terurai dari dalam perutnya. Sambil kemudian berpesan untuk tetap tinggal disana paling lama 1-2 hari sebelum aborsi rampung.

Gila! Apa yang ada dipikiran mereka kata saya. Apakah mereka tidak sadar dengan pilihan perbuatannya? Atau memang mereka sadar namun karena schizophrenia lantas aborsi yang mereka pilih? Ataukah ini memang karena kesalahan sistem (seperti yang selalu digembar-gemborkan oleh sebuah ormas) yang akhirnya mendesak mereka untuk melakukan itu? Saya tidak bisa menjawabnya. Yang tahu hanya sutradara film tersebut. Hehehe…

Namun yang jelas, kalaulah itu dikatakan sebagai kesalahan sebuah sistem maka hal itu jelas tertolak. Sebab latar belakang film tersebut mengambil plot di era akhir runtuhnya komunisme di Romania. Pemerintah Komunis Romania begitu keras menindak pelaku aborsi ini. Bahkan saking keras, tak seorang pun warga diberikan ruang untuk melakukan praktek ini.

Berbeda dengan di negeri ini. Meskipun aborsi diharamkan namun sudah menjadi rahasia umum praktek ini hidup di beberapa tempat. Tak kurang segelintir aparat disinyalir menjadi backing tempat haram tersebut. Maka tak heran kalau kemudian ada sejumlah tempat praktek yang sampai memiliki ruangan dengan fasilitas beragam layaknya sebuah rumah sakit besar.

Beruntung beberapa bulan lalu di Tangerang masih ada aparat yang begitu peduli dengan masalah ini. Saya acungi 2 jempol untuk ibu polwan (saya lupa namanya) yang berhasil membongkar sindikat tempat praktek terlarang tersebut. Kalaulah jempol kaki bisa saya angkat dan dianggap sopan, saya acungi juga ibu polwan tersebut dengan kedua jempol kaki saya.

Itu saya berikan semata-mata karena usahanya membendung kriminal yang lebih parah dari kriminal yang terjadi di jaman jahiliyah. Di jaman ketika Rasulullah saw masih hidup, yang menjadi korban hanya anak perempuan saja. Anak laki-laki selamat dari dikubur hidup-hidup seperti yang dilakukan Umar bin Khattab ra. sebelum masuk Islam. Namun sekarang, jangankan anak perempuan, anak laki-laki pun tak luput dari pembunuhan orang tuanya.

Padahal apa salah mereka (anak-anak)??? Mereka itu makhluk terindah yang diciptakan Allah. Lagian bukankah mereka awalnya di “buat” dengan penuh kesenangan. Kalaulah memang diawali dengan kesenangan harusnya kan diakhir dengan kesengangan juga.

Sumpah sampai sekarang saya masih belum habis pikir kenapa masih ada yang melakukan hal demikian. Disaat sepupu saya memohon-mohon meminta anak hingga harus menderaikan air mata karena anak yang dikandungnya selalu meninggal, ternyata masih saja ada sebagian orang yang tega melakukan hal keji seperti. Saking kejinya, saya yang mempunyai hobi melihat adegan-adegan sadis pun tidak tega untuk melihatnya. Lebih baik saya menghabiskan waktu senggang saya dengan menonton Caligula, Salo, Cannibal Holocaust, Baoise Moi, dan film-film bergenre Snuff lainnya daripada harus memicingkan mata untuk melihat adegan aborsi. Yaks!!! Sungguh teganya…teganyaaa….

Jauhi Ulama Penguasa



Berikut adalah beberapa riwayat yang seharusnya membantu menyadarkan umat akan adanya perbedaan antara ulama yang benar dan palsu. Kebanyakan dari ulama yang benar pada hari ini, tidak lain berada di dalam tahanan atau di barisan depan pada medan pertempuran.

‘Abdullah Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
“Akan ada penguasa yang kamu kenal dari mereka yang baik dan jahat. Siapa saja yang menentangnya akan selamat. Siapa saja yang berlepas dir darinya akan selamat. Dan siapa saja yang bersama dengan mereka akan binasa.” (Dikoleksi oleh Ibnu Abi Syaibah dan At-Tabarani; Al-Al Bany dalam “Shahih Al-Jaami’”, Hadits No. 3661)

Abul A’war As-Sulami berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
“Hati-hati terhadap pintu-pintu penguasa; di sana ada kesukaran dan kehinaan.” (Dikoleksi Oleh Ad-Dailamii dan At-Tabaraani; Al-Al Bany “As-Silsilah As-Shahiihah, Hadits 1253)

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
“Siapa saja yang mendekati pintu-pintu penguasa akan menderita. Siapa dari seorang hamba yang semakin mendekati penguasa, dia hanya memperbesar jarak dari Allah.” (Dikoleksi oleh Ahmad; Al-Al Bany dalam “Sahiih at-Targhiib wat-Tarhiib”, hadits no. 2241)

Jaabir Ibnu ‘Abdillah berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, kepada Ka’ab Ibnu Ujrah,
“Wahai Ka’ab Ibnu Ujrah, Aku mencari lindungan Allah untukmu dari kepemimpinan orang bodoh. Akan ada penguasa, siapa saja yang datang kepada mereka kemudian membantu mereka dalam kezaliman dan membenarkan kebohongan mereka, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan tidak membantu mereka dalam kezaliman mereka, tidak juga membenarkan kebohongan mereka, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya, dia akan diizinkan menuju ke Haud (Telaga Rosulullah saw. di surga).” (Dikoleksi oleh Ahmad, Al-Bazzar, Ibnu Hibban; Al-Al Bany dalam “Shahih At-Targhib wat Tarhib”, Hadits No 2243)

Selain itu, ada berbagai riwayat dari perkataan Shahabat, yang dalam hal ini As-Suyuti telah mengumpulkan dari ‘Ali Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Hudzaifah Ibnu Al-Yaman, dan Abi Dzar, riwayat yang memperingatkan mendekati penguasa atau pintu-pitu penguasa. Lihatlah “Maa Rawahul Asaatiin Fii ‘Adam Al Majii’ Ilas Salaatin”.

Ada begitu banyak dengan pengertian yang sama, berikut beberapa contoh:

Ibnu Mas’ud berkata,
“Siapa saja yang menginginkan kemuliaan diennya, maka dia seharusnya tidak datang kepada penguasa.” (dikoleksi oleh Ad-Daarimi)

Ibnu Mas’ud juga berkata,
“Seorang pria datang kepada penguasa, membawa diennya dengannya, maka pergi tanpa membawa apapun.” (Dikoleksi oleh Al-Bukhari dalam “Taarikh”nya dan Ibnu Sa’ad dalam “At-Tabaqaat”).

Hudzaifah Ibnu Al-Yaman berkata,
“Sungguh! Seharusnya tidak ada diantara kalian yang jalan walaupun satu hasta ke arah penguasa.” (Dikoleksi oleh Ibnu Abii Syaibah)

Dia mengumpukan dari ulama setelah Salaf, riwayat yang sama dari Sufyan At-Tsauri, Sa’id Ibnu Al-Musayyib, Hammad Ibnu Salamah, Al-Hasan Al-Basri, Ibnu Al-Mubarak, Abi Haazim, Al-Awzaa’i dan Al-Fudhail Ibnu Al ‘Iyaad.

Disini adalah beberapa contoh dari Ulama Salaf:

Sufyan At-Tsauri berkata,
“Jangan pergi, walaupun jika mereka memintamu untuk mengunjungi mereka hanya untuk membacakan ‘qul huwallaahu ahad’.” (Dikoleksi oleh Al-Baihaqi)

Maalik Ibnu Anas berkata,
“Aku bertemu lebih dari 10 dan beberapa Taabi’in, semua dari mereka berkata, jangan pergi kepada mereka, jangan menegur mereka, yang berat ke penguasa.” (Dikoleksi oleh Al-Khatib Al-Baghdaadi dalam “Ruwah Maalik”).

Sufyan At-Tsauri berkata,
“Memandang penguasa adalah sebuah dosa.” (Dikoleksi oleh Abi Ali Al Aamudi dalam “Ta’liiq”nya)

Bisyr Al-Haafi berkata,
“Betapa menjijikkan apakah itu permohonan untuk melihat seorang ulama, tetapi kemudian untuk mendapatkan jawaban bahwa dia berada di pintu penguasa.” (Dikoleksi oleh Al-Baihaqi dalam “Syu’ab Al-Imaan”)

Hal yang masih tersisa adalah masalah bahwa: bukankah berbicara kebenaran di depan penguasa tiran adalah jihad yang paling besar? Jawabnya adalah : ya, tetapi riwayat yang lain menyebutkan mengapa itu adalah jihad yang paling besar dan syahid (bagi pelakunya), karena setelah dia menyerukan kebaikan dan mencegah kemunkaran, penguasa membunuhnya. Ini benar-benar nyata berbicara tentang kebenaran, tidak mengikuti hawa nafsu dan mengunjungi penguasa secara harian sampai ulama tersebut kemudian menjadi penasehat pribadinya.

Orang-orang Salaf takut bahwa kebanyakan orang-orang begitu lemah untuk berdiri tegak di depan penguasa, tetapi malah akan terpengaruh oleh kekuasaannya dan kekayaan, dengan demikian menjustifikasi dan mengkompromikan dien dengan penguasa, dimana persis dengan apa yang kita lihat di hari ini pada “ulama” kita. Betapa bijaknya orang-orang Salaf dan betapa bodohnya (sebahagian besar) Khalaf (ulama masa kini).

Wallahu’alam bis showab!

Hidup Sebelum Dimatikan

Jumat, 27 Maret 2009


Hell yeahh!!!

Lama sudah saya tidak memperkosa kompi kesayangan ini. Tepat pukul 4.00 dini hari ini –akhirnya- saya berhasil berbuat mesum kembali Flatron LG yang seksi hitamnya ini. Tiga minggu tanpa menjamah serta membelai mesra body sintal selingkuhanku ini rasanya terasa begitu hampa (kayak Obbie Meshakh aja bahasanya. Hahaha…)

Ya itulah resiko yang harus saya terima setelah si Montok (panggilan saya kompi saya) terhantam petir. Sialnya bukan hanya doski saja yang kena tapi 3 buah TV, 2 buah DVD serta 1 perangkat PC mampus diterjang amuk godam Thor minggu sore 3 pekan yang lalu. Beruntung saya tidak ikut tersambar. Soalnya ketika itu saya sedang di luar membenarkan selokan mampet yang mulai menggenangi halaman rumah saya. Seorang tetangga melihat nyala petir begitu merah dan besar.

“Mirip sambaran rambut berapinya Megaloman, cuy!”, takjub seorang tetangga.

Sebenarnya ada rasa menyesal tidak ikut tersambar petir. Bukan maksud saya ingin segera off dari dunia fana ini namun saya membayangkan kalau tersambar petir mungkin pasien Ponari akan segera beralih ke Jalan H. Bardan VI. 320 Bandung. Hahaha… Atau mungkin saja saya bisa menjadi Gundala Putra Petir yang bakal menggeledek para caleg gebleg. Hehehe…

Diluar semua itu, sebenarnya sejak kilatan berkekuatan jutaan watt itu mampir ke rumah, banyak hal yang telah terjadi di sekeliling saya. Ironisnya semua berhubungan dengan kematian. Mulai dari komputer & modem yang mati, arloji berhenti berdetak, baterai handphone ogah menyalakan HP, Paman & Bibi yang meninggal karena tabrakan, anak sepupu hasil bayi tabung yang ikut menyusul kembarannya kembali pada Allah, hingga pohon jambu yang mati setengah akibat sabetan petir. Malahan arus lampu di rumah saat ini masih belum beres. Kadang meredup lantas terang lalu meredup lagi. Kalau saja yang terang redup, redup terangnya lampu disko sih bagus. Lha ini yang terang redupnya lampu rumah. Mana terang redupnya tidak konsisten & tidak jelas ritmenya. Kan jadinya mau dugem pun nanggung rasanya. Hehehe…

Well, sebenarnya saya tidak mau memikirkan masalah kematian. Namun karena banyak hal diatas membuat saya mau tidak mau harus memikirkannya. Akan tetapi saya tidak akan serta merta mengupas kematian itu secara dalam sebab saya belum menjadi praktisi kematian. Kalaulah saya sudah mengalami kematian mungkin saya akan sangat fasih membicarakan ini. So, daripada membicarakan kematian mending membicarakan kehidupan yang sinergis dengan kematian itu sendiri.

Buat saya berbicara tentang kematian sebenarnya berbicara juga tentang masalah bagaimana mengisi kehidupan yang ada. Kematian adalah sebuah keniscayaan. Itu sudah pasti. Ia adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Sedangkan yang tidak pasti dan selalu berubah adalah kehidupan itu sendiri. Kehidupan tergantung pada individu yang mengisi kehidupan itu sendiri. Ia akan selalu berubah dan senatiasa berubah dari detik per detiknya.

Seorang manusia dapat mengarahkan hidupnya untuk menjadi apapun yang ia inginkan semasa hidupnya (tentunya kecuali hal-hal yang telah menjadi qada dari Allah). Ia bisa menjadi penjahat sekaliber Abu Jahal atau Caligula. Bahkan ia pun bisa menjadi seorang manusia yang begitu baik dan sabar seperti halnya para nabi Allah. Semua bisa dilakukan sampai akhirnya kematian itu tiba menjemput mereka.

“You can be as mad as a mad dog at the way things went. You could swear, curse the fates, but when it comes to the end, you have to let go.” Begitu Kapten Mike bilang kepada Benjamin Button.

Seperti juga halnya dengan Benjamin Button yang terlahir bak seorang kakek-kakek, keriput, rapuh, beruban serta rabun. Baginya keganjilan tubuhnya bukan berarti dia tidak dapat merubah hidupnya. Justru kehidupanlah yang harus dia isi dengan kondisi yang ada sekarang hingga ajal menjemput. Dengan kata lain bahwa manusia terlahir untuk tidak dapat mengalahkan waktu. Ia hanya tercipta untuk mengisi waktu-waktu selama hidupnya (dalam ilmu manajemen biasanya dikenal istilah “mengelola waktu”). Waktu mungkin memang bisa dibalik, dari Omega menuju Alfa. Tetapi entah berjalan maju atau mundur, tidak ada yang bisa menghentikan waktu.

Raut tua dan umur keriput Benjamin Button tidak lebih dari sekadar penanda eksistensi bukan esensi. Meskipun ia dilahirkan dalam sosok kakek berusia 80-an dan meninggal sebagai bayi, sesungguhnya umur (waktu) dia tidaklah mundur, sama seperti manusia lainnya, maju. Jatah hidupnya pun tidak bertambah atau berkurang. Kisahnya juga tidak berbeda dengan manusia pada umumnya: gembira, sedih, jatuh cinta, kecewa, dan bekerja.

Pun demikian dengan kematian-kematian yang terjadi di sekitar saya. Komputer, modem, jam tangan, dan baterai HP yang mati serta Paman, bibi dan sepupu-sepupu saya yang wafat hingga pohon jambu yang gosong setengah, semuanya tidak dapat mengatur umurnya. Ketika umurnya telah rampung maka rampunglah sudah tugas dia di dunia fana ini. Tinggal kenangan saja yang tertinggal. Serta hari-hari ketika mereka telah mengisi kehidupan bersama saya.

Inilah yang membuat bahwa apa yang telah dilakukan semasa hidup -sebelum dimatikan- begitu sangat berarti. Ia bagai nyawa dan pelita yang tidak boleh disia-siakan begitu saja. Mengisinya dengan hal-hal yang berguna merupakan sebuah konsekuensi yang seharusnya dilakukan. Sebab suatu saat nanti hal tersebut akan mungkin akan berguna baginya atau orang yang ada disekitarnya.

“Life isn’t measured in minutes, but in moments.”

Rosela & Senyum Yang Hanya Mimpi


Membaca buku paket Kafilah Syuhada “Goresan Pena Trio Mujahid” (Imam Samudera, Ali Ghufran & Amrozi) membuat saya duduk termenung dan tersungkur. Saya memandangi diri saya bak seorang pecundang dan orang yang tak tahu malu dengan Penciptanya. Mungkin dengan kata lain saya bisa jadi dikatakan sebagai orang sombong yang berjalan diatas bumiNya. Bahasa Sunda-nya borokokok nurustunjung ontolohod orowodol banget pisan.

Sungguh kalau dibandingkan dengan ketiga professor saya ini (Imam Samudera, Ali Ghufran & Amrozi), saya bukanlah siapa-siapa. Jauh. Sangat jauh dibandingkan mereka. Malu rasanya membanding-banding diri saya dengan salah satu dari mereka. Sebut saja Amrozi yang dikenal ilmunya yang tidak terlalu banyak juga mantan preman. Dengan Amrozi saja saya jelas tidak ada apa-apanya. Hanya kesamaan beragama Islam saja mungkin yang ada. Itu pun dengan berbagai catatan pada diri saya yang kadang murtad oleh hati, lisan & perbuatan.

Bercampur rasa yang ada dalam dada saya. Antara kagum, gembira, cinta, cemburu, terharu dan lain-lain semua tercampur menjadi satu. Kalau Asy Syahid (insyallah) Ustadz Amrozi bilang rasanya kayak buah Trenggulun alias nano-nano. Hahaha…

Jujur saya senyum-senyum serta tertawa membaca catatan “Senyum Terakhir Sang Mujahidin”. Catatan biografi singkat Asy Syahid (insyallah) Ustadz Amrozi memang penuh kisah menarik dirinya. Sambil mengingat ekspresi dia di TV ketika divonis hukuman mati sambil mengacungkan kedua jempolnya, saya terus tersenyum-senyum seindah senyumannya. Namun ada satu yang disayangkan dalam buku ini menurut saya. Beliau tidak menuliskan cara merakit bom. Hahaha… Mungkin harus cari di BAP-nya waktu di Polda Bali kali ya??? Ya itu sih memasukan diri dalam lubang buaya. Hehehe…

Buku “Senyum Terakhir Sang Mujahidin” adalah buku terakhir yang saya baca dari paket Kafilah Syuhada ini. Sebelumnya saya membaca “Mimpi Suci Dibalik Jeruji Besi” kemudian “Sekuntum Rosela Pelipur Lara”. Rasanya memang pas kalau membaca dengan urutan seperti itu. Sebab catatan Asy Syahid (insyallah) Ali Ghufron isinya berupa ilmu tentang tafsir mimpi. Kebetulan beliau diberikan kelebihan dalam hal ini oleh Allah. Namun sekali lagi ada namunnya. Catatan belaiu terlalu singkat. Kalau dibandingkan dengan beberapa kata pengantar saja, jumlah halamannya tidak terlalu jauh berbeda. Sehingga keilmuan Asy Syahid (insyallah) Ali Ghufron tidak banyak tergali.

Buku selanjutnya yang say abaca adalah catatan Asy Syahid (insyallah) Imam Samudera, “Sekuntum Rosela Pelipur Lara”. Buku ini dari sisi bahasa memang berbeda dengan kedua buku lainnya. Asy Syahid (insyallah) Imam Samudera memiliki luar dan kosakata yang cukup bagus serta argumen-argumen yang cerdas sekaligus mengundang senyum. Benar kalau banyak yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang pintar. Dengan menghabiskan separuh waktunya di medan jihad ternyata beliau tidak sama sekali gagap akan sains yang ada. Terbukti beliau digelari cyber mujahidin. Sialnya dulu saya tidak sadar kalau selama ini yang pernah chat dengan saya di MIRC adalah sang cyber mujahidin ini.

Penyesalan ini semakin saya rasakan bertubi ketika keberangkatan menjenguk ketiga profesor di LP Nusakambangan ini tidak jadi. Sungguh benar-benar dongkol saya kala itu. Padahal saya sudah menyiapkan segala hal untuk kepergian saya saat itu. Dari mulai mengambil cuti hingga menyiapkan oleh-oleh buat mereka di H-7 eksekusi oleh thogut. Namun mungkin Allah berkehendak lain (dan tentunya saya tidak dapat mengajukan somasi padaNya).

Allah hanya mengizinkan saya untuk tidak melihat langsung apa yang saya inginkan ketika berkunjung ke LP Batu; melihat bunga Rosela yang ditanam Asy Syahid (insyallah) Imam Samudera di selnya, mendengar tausiyah dari Asy Syahid (insyallah) Ali Ghufron serta melihat senyum manis Asy Syahid (insyallah) Amrozi. Ya apapun kehendakNya saya harus menerimanya. Sebab ternyata Dia masih baik terhadap saya. Dia masih mengizinkan saya untuk mendengarkan teriakan mereka yang lebih penting dari ketiga hal yang sangat saya inginkan tadi. Yaitu teriakan Isykariman au mut syahidan!!!

Detroit Metal City


Film Detroit Metal City mengingatkan kembali saya tentang begitu pentingnya membuat mimpi dalam kehidupan ini. Sebab mimpilah yang menjadi trigger bagi siapapun yang ingin menjadi apa yang dimimpikannya. Meskipun DMC hanya berslogan “No Music, No Dream” bagi saya slogan atau motto tersebut sebenarnya begitu dalam.

Diluar masalah musik dan hal-hal edan yang dilakukan DMC, apa yang dikatakan Soichi, vox DMC, -sejak dia membiarkan dirinya terjun ke dalam panggung dunia entertainment- bagaikan sebuah api yang tak akan pernah padam. Ia akan terus menyala walaupun berbagai aral merintangi laju kehidupannya. Mimpi apabila sudah menjadi sebuah pemahaman serta pengamalan maka ia akan senantiasa hidup sampai badan dipisahkan dari kepala.

Hal ini pun mengingatkan saya juga akan (alm) Ivan Schumbag, vox Burgerkill. Ia mempunyai mimpi bahwa Burgerkill & Ujung Berung Rebel harus menjadi nadi bagi dunia underground. Dan akhirnya apa yang diimpikannya memang terbukti saat ini. Hingga di detik-detik nafasnya berakhir pun totalitas dia akan mimpinya memang tidak surut oleh menipisnya cairan infus.

Sekali lagi, diluar musik + hal-hal edan + ketidaksepakatan saya dengan kedua hal diatas, keteguhan Soichi atau Ivan memang keteguhan yang membara. Keteguhan tersebut dapat membuat seorang pribadi yang “lemah” menjadi seorang yang “kuat”. Soichi yang begitu feminim dapat seketika beubah menajadi Krauser yang begitu dark & scarry. Semua ia lakukan hanya karena satu alasan; mimpi!

Mimpilah yang merubah dia menjadi seorang yang melebihi batasnya. Mimpi jugalah yang membuat dia tetap bertahan meskipun sebenarnya dia bukanlah sekuat yang dibayangkan. Ya itulah hebatnya mimpi.

Kalau saja mimpi ini tetap berada dalam benak saya & kawan-kawan yang berkumpul tadi pagi altar Tuhan, saya yakin mimpi yang ditularkan Kawan SAM pada semua yang hadir bakal terwujudkan. Ia bakal menjadi virus yang menular pada orang-orang di sekitarnya (mirip adegan fans DMC yang meyakini bahwa perkataan DMC adalah benar adanya).

Namun yang menjadi pertanyaan apakah mimpi kawan-kawan yang ada saat itu akan sama seperti kuatnya mimpi Soichi? Saya harap sih kuat juga bahkan semakin kuat. Kalau tidak kuat atau menajdi semakin kuat menurut saya kebangetan. Sebab apa yang diimpikan adalah sesuatu yang begitu mulia. Tak layak seorang pun melepaskan dirinya dari mimpi ini.

Akan tetapi namanya manusia kadang memang bisa berubah-ubah. Dia bukanlah robot yang diprogram untuk manut dan setia terhadap penciptanya. Nah kalaulah hal itu terjadi, saya berpikiran semua yang hadir tadi diberikan motto yang tak jauh beda dengan motto DMC. Hanya ada perubahan sebuah kata saja. Kalaulah DMC mempunyai motto “No Music, No Dream” maka saya & kawan-kawan seharusnya bermotto “No Revolution, No Dream”.

Ya karena mimpi saya & kawan-kawan adalah melakukan sebuah revolusi. (Semoga)

3 Maret

Kamis, 05 Maret 2009


Kemarin saya iseng-iseng coba mencari kejadian-kejadian yang pernah terjadi setiap tanggal 3 Maret. Ternyata susahnya minta ampun deh. Sampai pinggang pegel terus-terus duduk. Apalagi mata. Merah & gatal-gatal terus. Tapi akhirnya lumayan juga bisa berhasil walaupun sedikit permak kiri kanan. Inilah hasilnya;

3 Maret 2009 Atlet Kriket Sri Lanka diserang oleh belasan pria bersenjata di Lahore, Pakistan
3 Maret 2008 Longmarch Jakarta - Depok dilakukan oleh RISE!
3 Maret 2007 Pakistan mnginterogasi Mullah Abdulah Akhund, Menteri Pemerintahan Taliban
3 Maret 2006 Sergey Lavrov meminta Khaled Mashal untuk merubah Hammas menjadi orpol
3 Maret 2005 Abu Bakar Ba'asyir dinyatakan bersalah atas konspirasi Bom Bali 2002
3 Maret 2004 Al Qaeda mengumumkan telah terjadi pembantaian massal di Irak
3 Maret 2003 Turki melakukan voting ke-2 untuk izinkan USA mendirikan pangkalan di Turki
3 Maret 2002 Invasi USA atas Afghanistan memasuki hari ke-2
3 Maret 2001 Ribuan jemaah haji terjepit dalam pelaksaaan ibadah haji
3 Maret 2000 Jamil Abdullah Al Amin, pendiri Black Panther terlibat perang senjata di USA
3 Maret 1999 Pemimpin Kurdi, Abdullah Ocalan, dijebloskan ke penjara di Turki
3 Maret 1998 Muslimin menyambut seruan jihad Osama Bin Laden melawan Yahudi & Salibis
3 Maret 1997 Macan Tamil Sri Langka mulai membantai warga kembali
3 Maret 1996 2 bom syahid meledak di Israel, Unit Yahya Ayyash klaim bertanggung jawab
3 Maret 1995 Di Somalia, misi perdamaian PBB berakhir
3 Maret 1994 Israel kembali menyerang Tepi Barat
3 Maret 1993 Mohammad Salameh, mujahidin inspirator pemboman WTC I terendus FBI
3 Maret 1992 Negara Bosnia berdiri
3 Maret 1991 Pertempuran terkahir di Rumaila dalam Perang Teluk Jilid 1
3 Maret 1990 Irak menangkap Farzad Bazoft, wartawan Inggris, atas kegiatan spionase
3 Maret 1989 Ummat Islam memburu Salman Rusdhie karena buku Satanic Verses
3 Maret 1988 Majalah XXX Hustler berpesta setelah menang kasus pornografi dengan
3 Maret 1987 Ronald Reagan dipusingkan kasus Iran Contra Affair
3 Maret 1986 Penemuan pertama kali miskroskop dengan tenaga atom
3 Maret 1985 Darah yang disinyalir mengandung virus AIDS dibawa ke Amerika
3 Maret 1984 Iran membawa draft tuduhan bahwa Irak menggunakan senjata kimia ke PBB
3 Maret 1983 Ronald Reagan membuat proposal tentang “Star Wars”
3 Maret 1982 Libya dituduh sarang terrois oleh Amerika
3 Maret 1981 Fowzi Nejad di dalam penjara karena tuduhan melakukan aski terroris di London
3 Maret 1980 Pemimpin Perancis & Kuwait bertemu membahas Invasi Soviet ke Afghanistan
3 Maret 1979 Pesawat antariksa Voyager I mencoba mendekati cincin planet Jupiter
3 Maret 1978 Pemerintah Ethopia memberi izin pasukannya untuk berperang dengan Somalia
3 Maret 1977 Kelompok Hanafi merencanakan serangan ke 3 buah gedung di Washington DC
3 Maret 1976 Sahara Barat berpesta atas hari kemerdekaannya
3 Maret 1975 Iran & Irak mulai berselisih tentang perbatasan mereka
3 Maret 1974 Pesawat D10 Turki Airlines jatuh di Paris, 346 tewas
3 Maret 1973 Israel berencana untuk membunuh tokoh perlawanan Palestina di Beirut
3 Maret 1972 Libya & Uni Soviet berjanji untuk bertemu dalam perjanjian kerjasama
3 Maret 1971 Sheikh Mujibur Rahman, mempersiapkan pidato untuk rakyat Bangladesh
3 Maret 1970 The Nuclear Non-Proliferation Treaty dipersiapkan diratifikasi 43 negara
3 Maret 1969 Pembentukan Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib)
3 Maret 1968 Perang di perbatasan Israel – Yordania semakin membesar
3 Maret 1967 Israel menyiapkan perang dengan Arab pada bulan April
3 Maret 1966 Partai Baath yang berhaluan sosialis merayakan kemenangannya di Suriah
3 Maret 1965 Keluarga Malcolm X mengenang kematian Malcom X
3 Maret 1964 Malcolm X berusaha keluar dari Nation oF Islam
3 Maret 1963 Perempuan Iran berbahagia telah diizinkan menggunakan hak pilihnya
3 Maret 1962 Perancis dan Algeria berencana menghentikan peperangan
3 Maret 1961 Hassan II menjadi Raja Maroko
3 Maret 1960 Tuanku Abdul Rahman berencana memberikan tahta kepada Sultan Selangor
3 Maret 1959 Archbishop Makarios sudah berada lagi di Syprus dari pengasingan
3 Maret 1958 Evakuasi terhadap 300 korban tenggelamnya kapal Uskudar milik Turki
3 Maret 1957 Mesir akan membuka kembali Terusan Suez
3 Maret 1956 Maroko merayakan hari kemerdekaannya setelah lepas dari Perancis
3 Maret 1955 Kampanye anti Perancis semakin menguat di Maroko & Algeria
3 Maret 1954 Gamal Abbul Nasser telah menjadi Perdana Menteri Mesir
3 Maret 1953 Joseph Stalin sedang sekarat karena stroke setelah 31 tahun memimpin Soviet
3 Maret 1952 Turki telah bergabung dengan NATO
3 Maret 1951 Perang Korea: Pasukan PBB akan dikirim ke Korea dalam Operasi Ripper
3 Maret 1950 Tanah Somalia dipimpin oleh mandat Itali
3 Maret 1949 Persiapan Transjordan untuk menjadi pemimpin kerajaan Yordania
3 Maret 1948 Perang Sipil Palestina: Haganah berencana membuat Operasi Nashon
3 Maret 1947 IMF beroperasi untuk hari ke-2
3 Maret 1946 Uni Soviet tetap bertahan di Iran meski pasukan Inggris telah ditarik mundur
3 Maret 1945 PD II: Finlandia yang selama ini netral menyatakan perang pada kekuatan As
3 Maret 1944 Rakyat Jawa semakin menggelorakan pemberontakan mereka terhadap Jepang
3 Maret 1943 Mohandas Gandhi menghentikan mogok makannya dari sejak 10 Februari
3 Maret 1942 Amerika membangun pabrik persenjataan terbesar
3 Maret 1941 Inggris berencana akan menginvasi Suriah
3 Maret 1940 Semua muslim di India diminta berkumpul di Taman Iqbal untuk Pakistan
3 Maret 1939 Gandhi mulai puasa sebagai protes terhadap pemerintahan otokratik di India
3 Maret 1938 Minyak pertama kali ditemukan di Saudi Arabia
3 Maret 1937 Perang sipil di Spanyol semakin membesar
3 Maret 1936 Inggris semakin membolehkan imigran Yahudi untuk datang ke Palestina
3 Maret 1935 Persia akan merubah namanya menjadi Iran
3 Maret 1934 Amir Yaman dengan Ibnu Saud di Saudi semakin terjebak dalam peperangan
3 Maret 1933 Gema Pembebasan Pakistan semakin membesar di tengah rakyat
3 Maret 1932 Hitler mencalonkan dirinya setelah mendapatkan status warga Jerman
3 Maret 1931 Penjajah Inggris mempersiapkan negoisasi dengan Mohandas Gandhi
3 Maret 1930 Gandhi telah memperingatkan Inggris akan terjadi pemogokan massa 8 hari lagi
3 Maret 1929 Trostsky bersembunyi di Turki setelah kabur dari Uni Soviet
3 Maret 1928 Inggris berusaha mengambil alih Malta
3 Maret 1927 Albania berencana menyerang Yugoslavia
3 Maret 1926 Reza Khan berencana memberikan gelar Shah Iran disamping nama Pahlevi
3 Maret 1925 Calvin Coolidge telah menjadi Presiden USA
3 Maret 1924 Setelah 1400 tahun Khilafah diruntuhkan oleh keparat Mustafa Kemal Attaturk

Terakhir, saya berpikir, kalau semua ini pernah terjadi di setiap tanggal 3 Maret, akankah semua hal tadi bakal terjadi apabila Khilafah Islam tidak runtuh di Turki 3 Maret 1924???

Lekka Lekka Ka… Ka… Kapitalis

Minggu, 01 Maret 2009


Syahdan lagu Indonesia Raya merupakan sebuah lagu jiplakan. Penciptanya, Wage Rudolf Supratman, diklaim Amir Pasaribu juga Remy Silado sebagai seorang copycat. Tuduhan lumayan berat, W.R. Supratman disangka merubah lagu jazz tahun 1600-an; Pinda-Pinda atau Lekka-Lekka (Belanda), menjadi lagu yang saat ini sering dibawakan di setiap upacara bendera. Remy menambahkan kalau W.R. Supratman & band jazz-nya sering memainkan lagu tersebut setiap minggu untuk mengiringi dansa dansi Tuan & Noni Belanda. Kebetulan sekitar tahun 1927-an Lekka Lekka merupakan lagu yang sedang in. Bak Ular Berbisa-nya Hello, saking ngetrennya Lekka Lekka, lagu ini dirilis ulang dalam format piringan hitam dengan judul baru; Indonees Indonees.

Apa yang disampaikan Om Remy jelas menimbulkan kontroversi dan berbagai penyanggahan. Salah satunya dari Kaye A Solapung. Om Kaye menegaskan bahwa Indonesia Raya tetaplah lagu orisinal meski ada 8 beat yang sama dengan Lekka Lekka. Alasan ini disampaikan karena -proses dari sejak lahir hingga seperti sekarang ini- Indonesia Raya telah mengalami berbagai perubahan. Mulai dari inisiatif Kepala RRI Jusuf Ronodipuro, Jozef Cleber hingga Kusbini di era 60-an.

Namun ada hal menarik sempat terjadi di akhir proses perubahan lagu kebangsaan ini. Kusbini yang kala itu berniat membebaskan Indonesia Raya dari bayang-bayang Lekka Lekka malah mendapatkan komentar “intim’ dari Bung Karno: “Hai, kamu seniman goblok! Kamu tidak punya kesadaran politik! Apa yang sudah diterima secara politik, tidak usah diperkarakan secara estetik!” (Majalah Top No 29, Tahun IV). Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa Om Remy mengatakan bahwa Indonesia tak ubahnya dari Lekka Lekka.

Benar atau tidaknya jelas saya tidak tahu. Soalnya Om Remy mengambil data tersebut dari kitab-kitab yang tidak lazim. Doski mahir berbagai bahasa sehingga mudah baginya mengakses berbagai kitab yang bahasanya tidak jelas sekali pun. Begitu pun dengan apa yang disampaikan Om Kaye. Doi dikenal sebagai orang yang mengerti banyak tentang partitur dan aransemen musik. Sudah pasti doi lebih cakap tentang bentuk dan struktur lagu ketimbang saya.

Diluar polemik antara yang pro dan kontra diatas, saya sendiri punya penilaian tentang lagu Indonesia ini. Benar atau salah tentu bukanlah suatu ukuran yang pantas dibandingkan dengan apa yang telah dikatakan kedua ahli diatas. Hal yang saya pikirkan ini ini hanya sebuah hasil komtemplasi murahan setelah melalui masa hibernasi di tempat yang sangat hiber; WC. Hahaha….

Coba saja pikirkan tentang bait ini!

Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.

Indonesia! Tanah yang mulia, Tanah kita yang kaya. Disanalah aku berada Untuk slama-lamanya
(Lirik lagu Indonesia Raya dari stanza yang lain)

Indonesia! Tanah yang suci, Tanah kita yang sakti. Disanalah aku berdiri menjaga ibu sejati.
(Lirik lagu Indonesia Raya dari stanza yang lain)

Lalu bait ini!

Hiduplah tanahku, Hiduplah negeriku. Bangsaku, Rakyatku, semuanya.

Suburlah Tanahnya, Suburlah jiwanya. Bangsanya, Rakyatnya semuanya (Lirik lagu Indonesia Raya dari stanza yang lain)

Pada bait awal tertera “Disanalah aku berdiri”. Menurut saya, ketika kata “Disanalah” digunakan berarti orang yang menyanyikan tidak sedang berada di wilayah Indonesia. Melainkan di luar Indonesia. Jadi lagu ini tidak cocok utnuk dinyanyikan oleh orang yang saat ini sedang berada di dalam wilayah Indonesia. Akan lebih pas kalau orang tersebut ada di luar wilayah Indonesia. Mereka mungkin saja orang yang kabur karena alasan politis, orang yang sedang piknik atau bisa jadi seorang TKI alias Tenaga Kerja Indonesia. Logikanya kan kalau seseorang berada di dalam negerinya bukan kata “Disanalah” yang digunakan tapi “Disinilah”.

Bait yang terakhir, bait dengan kata “Bangsaku, Rakyatku” atau “Bangsanya, Rakyatnya”, pun memiliki masalah yang tak jauh berbeda. Logisnya ketika dikatakan “Bangsaku, rakyatku”, tentu perkataan ini lebih pas ketika yang mengatakan adalah seorang pemimpin suatu bangsa/rakyat. Tak pas rasanya kalau rakyat mengatakan demikian. Kalau pun mau seharusnya mengatakan “Bangsa kami, Kami”. Pun dengan kata “Bangsanya, Rakyatnya”. Kata ini jelas memperlihatkan bahwa yang menyanyikannya bukanlah bangsa Indonesia atau pemimpin dari rakyat di Indonesia. Namun tidak menutup kemungkinan dia adalah orang yang begitu berkepentingan dengan negeri Zamrud Khatulistiwa atau seorang yang memiliki hubungan dengan pemimpin negeri bernama Indonesia.

Lantas kalau begitu apa konklusinya?

Konklusinya menurut saya jelas. Lagu Indonesia Raya tidaklah wajib disenandungkan secara resmi apalagi diagung-agungkan. Lagu tersebut bukanlah lagu yang diperuntukan untuk seluruh rakyat yang berada di negeri ini. Ia hanya sebuah lagu yang khusus dinyanyikan oleh pemimpin negeri & rakyat Indonesia yang berada di luar negeri (“Disanalah”) serta orang asing (“Bangsanya, rakyatnya”). Saya yang sejak lahir belum pernah jadi TKI atau sekalipun ke luar negeri tidaklah memiliki kewajiban untuk menyanyikan lagu ini. Kecuali kalau saya naik haji mungkin lain ceritanya. Itu pun sebatas hanya mengenang masa-masa bengal di kampung halaman saja. Biar di Tanah Suci banyak beristigfar. Hehehe…

Hanya saja terlepas dari semua itu, ada sesuatu yang saya takutkan. Bukan takut sih hanya sekedar curigesen. Sebab kalau dipikir-pikir bisa saja lagu ini memang sejak awal di-setting demikian. Paradigma awal penciptaan lagu ini memang hanya diperuntukkan untuk pemimpin atau orang yang “berkuasa’ atas negeri ini saja. Wujudnya bisa bermacam-macam. Yang jelas pemimpin dan sesuatu orang yang “berkuasa” meskipun dari luar adanya. Hal ini sangat mungkin terjadi hari ini. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang. Pemimpin atau “penguasa” bisa sesuatu yang bukan berasal dari negeri tersebut.

Kalau begitu maka sangat sangatlah wajar apa yang dituliskan pada bait “Bangsanya, Rakyatnya”. Bisa jadi memang pemimpin dan penguasa itu berasal dari luar negeri. Apalagi kalau tahu bait lain pada stanza lagu Indonesia Raya yang full version. Disana dituliskan kata “Suburlah Tanahnya, Suburlah jiwanya, Pulaunya, lautnya semuanya”. Siapa sih yang tidak ngiler melihat kesuburan tanah, laut dan pulau-pulau yang ada disini? Hanya orang berkepentinganlah yang akan mengharapkan Indonesia seperti itu. Tentunya mereka -para pemilik capital dari luar sana- yang menginvestasikan koceknya disini merupakan salah satu yang sangat pas dengan apa yang dikatakan bait tersebut. Tak aneh kan?

Lantas kalau begitu berarti sejak awal Indonesia dilahirkan sebagai negera kapitalis berikut sasaran kapitalis dong? Saya tidak bisa menjawab iya atau tidak. Yang jelas W.R. Supratman sering melakukan dansa dansi dengan Meneer-Meneer VOC. Dan hanya dia yang tahu ikhwal sebenarnya. Ayo tanya W.R. Supratman kenapa?!




Sekedar tambahan:
Lambang Garuda Pancasila adalah seekor burung garuda yang menengok ke arah kanan. Selama ini kanan diidentikan sebagai sesuatu yang baik. Namun bagaimana kalau dipandang dari sudut lain? Ideologi misalnya. Ideologi Sosialis identik biasanya disebut ideologi kiri. Sedangkan ideologi kanan biasa digunakan untuk menyebutkan ideologi Kapitalis. Tolong lihat lagi kalimat diatas! (burung garuda yang menengok ke arah kanan) Nah loh??? Kalau Indonesia membantah bahwa negerinya bukan berpaham kapitalis, kenapa juga dulu burung garuda tidak dihadapkan ke depan? Atau malu mengambil ideologi yang lurus & benar???

Evolution Is Dead


Kemarin saya sengaja main ke Museum Geologi. Tadinya sih hanya sekedar melihat pameran foto saja. Soalnya tidakenak telah diundang beberapa hari sebelumnya oleh empu-nya pameran foto tersebut. So, daripada tidak datang sama sekali saya akhirnya menyempatkan diri kesana. Sekalian membawa si Revo biar sedikit mengerti tentang dunia fotografi.

Sampai disana saya sedikit kuciwa dengan pameran yang ada. Tidak seperti yang saya bayangkan. Pameran terasa begitu hambar. Padahal pesannya bagus. Saya benar-benar menghargai ide yang diambil oleh penggagas acara ini. Namun ide & pesan yang bagus kurang ditunjang konsep pameran yang ciamik. Itu menurut saya.

Di tengah kekuciwaan saya, Revo berlari menuju sayap kanan ruang galeri. Dengan sepatu putih berbunyi cuit-cuitnya, dengan semangat dia menunjuk-nunjuk sesuatu yang ada di dalam sana.
Sumpah dari sejak awal lihat pameran, bunyi sepatu dia bikin orang ga konsen. Suaranya kayak curut kejepet alat tangkap tikus. Merinding dengernya.

Ternyata Revo menunjuk tulang belulang segede alaihim gambreng yang tepat berada di tengah ruang tersebut.

Damn! Museum Geologi sekarang sudah berubah begitu kata saya. Suasana interiornya tidak seperti terakhir saya pernah kesini (Kapan ya saya terakhir kesini? SMP kah???)

Sambil menjentik-jentikan tangan kecilnya Revo berteriak-teriak.

“Gacah! Gacah!”, teriak dia.

“Iya itu Gajah. Tulang Gajah purba”, kata saya.

“Meong…meongg….”, Revo memanggil-manggil tulang lain yang mempunyai tanduk.

“Itu mah bukan kucing. Itu banteng purba. Suaranya Muohhhhh….”, mulutnya saya dimonyongin.

“Muohhhh….”, sungut Revo membalas.

Namun dibalik suasananya yang baru itu, saya merasa masih ada sesuatu yang belum berubah sejak dulu. Bukan masalah isinya. Isinya sih masih isi yang seperti dahulu. Tapi ini masalah konsep ilmu yang dipegang oleh lembaga yang acapkali menjadi sasaran wisata ketika liburan ke Bandung.

Saya masih melihat adanya unsur yang kuat akan kepercayaan terhadap Teori Evolusi-nya Darwin. Nampak dari berbagai visualisasi serta deskripsi yang ditampilkan di Museum ini. Semua mengkerucut pada keyakinan akan seleksi alam serta teori pohon yang mbah Darwin –fotonya menjadi point interst di salah satu sudut ruang- angung-agungkan.

Heran. Jujur saya masih heran dengan semua ini. Padahal bulan Juli 2008 kemarin beberapa ahli di Austria telah berkumpul dan menyatakan bahwa Teori Evolusi yang saat ini banyak diajarkan di sekolah tidaklah memadai untuk menjelaskan keberadaan makhluk hidup. Mereka menyatakan bahwa Teori Darwin sudah usang karena muncul sebelum ditemukannya DNA. Teori ini tidak dapat menjelaskan teori pembentukan tubuh, serta tidak dapat menampung fenomena ilmiah baru lainnya.

Padahal setahu saya, para pakar yang berkumpul disana dihadiri juga oleh ilmuwan-ilmuwan pendukung Teori Evolusi. Seperti sudah menjadi rahasia umum, selama ini dunia terbagi menjadi 2 golongan dalam memandang Teori Evolusi; Golongan Evolusionis Dogmatis & Anti Evolusionis. Dan mereka pada pertemuan kemarin menyatakan juga bahwa seleksi alam versi pemikiran Darwin sangatlah tidak layak. Begitu pun dengan pohon silsilah evolusi rekaan Darwin. Semua amburadul. Usang.

Penelitian kemarin konon katanya melibatkan 40 juta pasang DNA yang diambil dari 29 species satwa. Berbekal jutaan pasang DNA inilah muncul pertanyaan yang akhirnya meragukan core Teori Evolusi Darwin. Ternyata setelah diteliti, “Comb Jellyfish” (Ubur-ubur sisir) yang diklaim dalam Teori Evolusi muncul setelah lahir hewan-hewan lain pada faktanya (setelah penelitian DNA) dia lebih dahulu muncul. Bahkan lebih awal dari Bunga karang rendah yang dipercaya sebagai cikal bakal hewan yang ada.

Tentunya penemuan ini benar-benar merusak akar dari Teori Darwin yang selama 150 tahun ini tak bergeming dihantam kiri dan kanan. Namun sebenarnya hantaman pada teori ini tidak hanya sebatas dari hasil pertemuan kemarin. Telah banyak sebenarnya kajian-kajian ilmiah para ilmuwan yang membantah akan teori ini. Salah satu yang paling membekas di benak saya adalah sosok Adnan Oktar a.k.a Harun Yahya yang konsern akan masalah Teori Evolusi. Saya sangat ingat pertanyaan dia akan ketiadaan fosil-fosil mata rantai serta kemunculan tiba-tiba makhluk hidup pada peristiwa Ledakan Kambrium dan Lavalon. Belum lagi bukti-bukti lainnya yang dia perkuat dalam video-videonya.

Salah satu lainnya yang cukup membekas di hati saya juga adalah adanya sebuah film dokumenter berjudul “Expelled: No Intelligence Allowed“ . Film yang bercerita tentang sisi gelap para akademisi dan ilmuwan yang dilecehkan, tidak diperpanjang masa jabatannya, bahkan dipecat hanya karena mereka percaya bahwa ada “Perancangan“ di alam semesta ini. Didalam film tersebut Richard Dawkins, profesor biologi terkenal asal Inggris, evolusionis, Darwinis dan ateis terkenal era kini, bahkan mengakui bahwa kehidupan mungkin saja memiliki perancang. Jadi menurutnya bisa jadi Tuhan-lah yang membuat semua ini.

Seperti juga ketika Tuhan menciptakan rasa geli di kaki saya ini. Soalnya sejak tadi kaki saya serasa ada yang menarik-narik. Padahal saya sedang memandangi wajah cute Mbah Darwin sambil berpikir bagimana mukanya kalau suatu saat jadi bencong. Hehehe…

Ternyata yang menarik-narik kaki saya dari tadi adalah Revo. Dia meminta perhatian saya agar melihat etalase berbagai macam tengkorak “makhluk purba” yang sejak tadi dia lihat.

“ Revo, kamu dulu asalnya dari monyet loh”, gurau saya.

“Nyet2, nyet...nyet ..???”, dia keherannan.

“Iya Revo asalnya dari monyet. Tuh kata dia”, kata saya sambil menunjuk foto mbah Darwin.

Dibilang begitu Revo malah cemberut lalu ngoceh “nyet…nyet…nyet…” lagi sambil mau menangis. Badannya dia jauhkan dari etalase itu. Nampaknya dia enggan mendekati tengkorak-tengkorak itu.

Pinter juga ini bocah guman saya. Agaknya dia tidak mau disamakan dengan monyet. Kayaknya biar masih kecil dia sudah tahu beda monyet dengan manusia. Mungkin di kepalanya sekarang sedang bertanya-tanya kok ada ya orang tua bangkotan yang masih pengen disamain dengan monyet. Jangan-jangan yang berdiri disamping dia terus ngobrol ma dia itu monyet juga.

Hush! Ga sopan! Awas ya kalau kamu mikir kayak gitu:p